TOUR GRATIS KE EROPA 1 (LONDON)





Tour Gratis ke Eropa adalah cerita bersambung yang terbagi menjadi 4 bagian. Kisah ini menceritakan tentang khayalan seorang gadis penyuka travelling yang ingin tour ke Eropa. Nah, apakah impiannya menjadi nyata? Ikuti kisah mengharukan ini selengkapnya ......




        Eropa ! Hemmm siapa sih yang ga pingin tour ke sana. Itu benua impian para pelancong.  Termasuk Andina. Dua bulan lagi dirinya pasti kesana.  Dia memenangkan undian yang diadakan sebuah produk kecantikan.  Menara  Eiffel sudah terbayang di depan mata.
“Eiffel  I’m coming !” Mira rekan satu  ruang Andina terkejut mendengar teriakannya. “Kamu ini kenapa sih, waktunya sibuk kerja malah teriak-teriak. Eifal eifel, emang ada apa dengan Menara Eiffel !” omel Mira sambil mengeprint data pemasaran. “Surprise! Dua bulan lagi aku pasti berangkat ke Eropa! “Tuturnya bersemangat. “Dapat duit darimana kamu? Dapat warisan dari Si Mbah ya?”Ejek Mira. “Eh, jangan sebut-sebut Si Mbahku ntar kualat lho.”  Andina  menceritakan semuanya kepada Mira dengan penuh ketakjuban.  Mira hanya melongo  mendengar kenyataan itu. “Makanya hari ini aku mo ngurus cuti. Pokoknya dikasih ga dikasih aku tetap berangkat. “Mir, ini hanya kamu yang tahu lho. Bukan kenapa-kenapa, aku cuma ga mau menghebohkan teman-teman.” Mohon Andin dengan wajah memelas. “Ok, tapi bawain aku oleh-oleh istimewa. Btw, kamu pake  alasan apa minta cuti. Dua minggu  lho.” Jelas Mira. “Mo ke Jambi ada famili yang nikah. Akh....kan sudah kubilang dikasih ga dikasih aku tetap berangkat. Kesempatan hanya datang 1 kali , sayang...” bantah Andin.
Setelah makan malam Andina membuka e-mailnya. Hem...ada Muka Tembok muncul di inboxnya. Muka Tembok adalah nick name dari Ikhsan, sahabat yang dikenalnya dari e-mail yang kesasar. Hampir 3 tahun mereka bersahabat via internet dan belum pernah berjumpa. Pernah dua kali janjian untuk ketemu tapi batal melulu, belum jodoh he..he....Ikhsan tinggal di Den Haag, Belanda dan tiap bulan Desember pasti pulang ke Indonesia.  Begitu lulus S1 di  Indonesia dia tinggal  di negeri Kincir Angin itu bersama orang tuanya yang bekerja di sana.  Anehnya meskipun begitu mereka sering saling curhat tanpa rasa sungkan. Termasuk tentang pacar masing-masing. Seperti pada e-mail Ikhsan kali ini.  Dia cerita kalau hubungannya dengan Isyana tidak seerat dulu lagi. Juga tentang asma yang dideritanya sejak lahir semakin membaik. Aneh, tuh cowok  yang lebih sering curhat dibandingkan Andin. Tapi kenapa dia senang sekali setiap mendapat e-mail, sms dan telepon darinya? Bahkan mau menghabiskan waktu hanya untuk bermessenger dengannya. Nasihat-nasihat Ikhsan bisa mendinginkan hatinya. Dibalasnya e-mail dari teman anehnya itu dan tak lupa diceritakannya kalau 2 bulan  lagi  dia pasti ke Eropa.  Dalam hatinya, ingin sekali bertemu dengan Ikhsan tapi  ga  berani ngomong.
Malam itu Andina tidur nyenyak sekali, dalam mimpinya dia bertemu dengan seorang cowok yang wajahnya cukup dikenalnya. Ya, Ikhsanlah dia. Wajah yang selama ini dikenalnya lewat foto-foto dan video yang dikirim lewat internet. Mereka bertemu di sebuah tempat   yang ada Kincir Anginnya. Waduh, sampe kebawa mimpi......ke Belanda........Gadis itu terjaga dari tidurnya karena mendengar ponselnya berbunyi. Seperti masih sedang bermimpi ketika dia mendengar suara itu. Ikhsan yang datang dalam mimpinya meneleponnya. “Sudah tidur Din Din.” Hatinya tergetar mendengarnya. Ikhsan biasa memanggilnya Din Din. “Ya, sudahlah. Ada apa Muka Tembok.” Balasnya dengan suara parau. “Aku barusan baca e-mailmu. Ohh...senengnya, akhirnya bisa ke Eropa juga. By  the way mampir ke Belanda ga?” tanya Ikhsan penuh harap. “Oh..pasti itu, tapi aku belum tahu tempat mana yang mau dikunjungi.” Ikhsan meneleponnya hampir setengah jam. Dia berharap sekali bisa bertemu dengannya. Akh...gayung bersambut nih. Kok bisa sama ya. Semoga Allah mempertemukannya dengan Muka Tembok kali ini, doanya dalam hati. Tidur lagi akh....Bahagianya...terima kasih ya Allah.
Satu minggu sebelum berangkat ke Eropa semua pernak-pernik perlengkapan untuk ke sana sudah selesai disiapkannya.  Oh ya, hanya satu yang belum, teh favorit  Ikhsan. Teh itu ga ada di Belanda.  Ada-ada saja, jauh-jauh bawa teh. “Ndin, semua sudah ok kan? Jangan lupa catat pesananku, terutama kelompen Belanda ya.” Ingat Mira. Mira minta gift dari setiap tempat yang dikunjungi Andin. “Ok !”
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba.  Bersama rombongan yang berjumlah 9 orang, Andina meninggalkan Indonesia.  Tour keliling Eropa yang menjadi impiannya sudah di depan mata.  Angan-angannya melayang ke kincir angin seperti dalam mimpinya. Wah, kok jadi kepikiran yang itu ya.  Ikhsan sudah punya Isyana...Ga tahulah...yang nomor satu keliling Eropa  11 hari.
Wow....inikah bandara Heathrow yang terkenal itu. Ehem....Andin terperangah menyadari kalau dirinya sudah menginjakkan kakinya di benua Eropa. “ Ya Allah terima kasih ya Allah, Kau kabulkan doa hambamu ini”. Bisik Andin penuh haru.  Suasana tampak sibuk seperti bandara-bandara pada umumnya. Aduh, inikan London, andai saja ketemu dengan Pangeran William yang cakep itu...lengkaplah kebahagiannya. Mulai kumat deh khayalan gadis cantik itu. Teriakan Mas Hanif, kepala rombongan tour membuyarkan khayalannya. Rupanya bis yang menjemput rombongan sudah datang.  Udara bulan  Mei di London hari ini lumayan cerah meski untuk ukuran orang Indonesia sangatlah dingin.  Andina tak mau melewatkan pemandangan langka kali ini.  Tubuhnya masih jet lag tapi tetap dipaksakannya untuk tidak tertidur. Dia sudah minum vitamin pemberian Dokter untuk menjaga staminanya.  Kota London bersih sekali, kata orang polusinya minim banget.  Arsitektur khas Eropa sangat  menarik, bangunannya tinggi-tinggi.
Rombongan menginap di sebuah hotel bintang 4 di kota London. Hari ini kita jalan-jalan ke Oxford Street, hitung-hitung melemaskan kaki dan menyesuaikan diri dengan cuaca di London. Dingin banget, udara terasa kering. Maklum belum terbiasa sih. Dasar wong ndeso hi..hi..hi...Bener-bener tempat window shopping yang mengasyikkan. Nyaman dan  bersih, ga kayak Jakarta. Andina teringat Orchad road di Singapore, miriplah suasananya. Bedanya harga di London muahal banget ga ngefren ma kantong Andina. Uang saku dari sponsor digabung dengan uang sakunya sendiri terasa sedikit.  Harus hitung-hitungan kalau mau selamat. Ada merk-merk terkenal mejeng di sana. Wah, ada Mark & Spencer juga.Harga barang-barangnya mahal, Andina hanya membeli sebuah parfum di situ. Bagi dia yang penting pernah belanja di London. Bukti pembayaran disimpannya baik-baik. Mo dibuat kenang-kenangan yaa...
Selanjutnya rombongan mengunjungi Museum Madame Tussaud yaitu sebuah museum yang berisi patung-patung orang terkenal di dunia yang terbuat dari lilin. Eh...ada Putri Diana, Ratu Elizabeth, David Beckham, dan lain-lain. Bener-bener mirip aslinya. Andina berfoto dengan beberapa tokoh dunia termasuk Puteri Diana. Ada beberapa peserta yang tidak  begitu enjoy, jauh-jauh kok lihat patung sih-begitu kata mereka. Rombongan tidak berlama-lama di sana.  Selanjutnya rombongan kembali ke hotel untuk beristirahat. Bagi Andina yang suka travelling, rugi kalau tidur terlalu dini. Mending jalan-jalan di sekitar hotel, menikmati suasana London.   Untung saja Mas Hanif yang ketua rombongan berbaik hati  mengantarkannya. Bersama 2 orang peserta lainnya mereka menikmati kota London yang sangat indah di malam hari sambil menikmati coklat panas yang nikmat.  Tiba-tiba ponsel Andin berbunyi, eh..Si Muka Tembok telepon. “Din-Din, lagi ngapain hayoo...” “Nikmati malam di kota London...” wajah Andin berseri-seri menceritakan semua yang dialaminya. “San, aku ga tahu rute tournya, tanya ke Mas Hanif aja ya.” Andin memberikan poselnya kepada ketua rombongan dan Ikhsan ngobrol cukup lama dengannya. Andin heran apa aja yang ditanyakannya. “Hoooiiii...Din-Din semoga kita bisa ketemuan di Belanda ya...sampe jumpa...!” Ikhsan menutup teleponnya sebelum Andin menjawabnya. Dasar Muka Tembok! Malam itu wajah Ikhsan terus menghantuinya, menemani Andina yang tertidur pulas.     
Mengikuti tour  Eropa kali ini harus memiliki fisik yang prima. Istirahat cuma sebentar karena tour hanya 11 hari ditambah dengan cuaca dingin Eropa. Tampaknya semua peserta sudah mempersiapkannya sehingga siap menikmati tour gratis ini. Perjalanan berikutnya menuju Parliament House (Gedung Parlemen) yang terletak di tepi Sungai Thames, di sana ada Big Ben yang merupakan salah satu ikon kota London.  Kalau belum ke sana berarti belum ke London. Sekali lagi Andina terkesan dengan sungai yang bersih itu. Aduh indahnya....nun jauh di sana tampak London Eye terlihat jelas. Seluruh peserta tak sabar ingin secepatnya ke sana. Tapi semua harus bersabar karena rute berikutnya ke Buckingham Palace ( tempat tinggal Ratu Elizabeth) untuk menyaksikan “Changing Guard”. Changing Guard adalah prosesi pergantian petugas / pasukan penjaga istana yang dilakukan 2 hari sekali. Upacara dilaksanankan pukul 11.00 waktu setempat.  Sampai di Buckingham Palace para turis dari berbagai penjuru dunia sudah memenuhi tempat itu.  Rupanya momen itulah yang paling mereka tunggu-tunggu.  Syukurlah rombongan Andina on time, sehingga tidak ketinggalan momen apik tersebut. Tampak prajurit kerajaan Inggris lengkap dengan seragam dan topi berbulunya berbaris rapi. Duh, gagahnya...andai saja Sang Pangeran muncul...tambah seru deh tourku kali ini. Hitung-hitung cerita untuk anak cucu dan keluarga lebih lengkap ha..ha..ha...Sayangnya, anggota keluarga kerajaan tidak pernah hadir pada acara seperti ini. Eh,  sapa tahu ketemu ga sengaja, duniakan sempit! – khayal Andina penuh harap.


Inilah saat yang ditunggu-tunggu peserta tour yaitu ke London Eye, bentuknya seperti  kapsul raksasa.  Dari kapsul super jumbo itu kita bisa menyaksikan keindahan London dari atas. Wow....indah sekali...Andina sibuk berfoto-foto diatas London eye.  Sebenarnya betah sih berlama-lama disini tapi kita cuma naik setengah jam saja. “Gimana teman-teman perjalanan hari ini, menyenangkan bukan? Habis ini kita bisa bersantai sebentar  di Trafalgar Square.” Jelas Mas Hanif. “Seneng Masss....!”  sahut semua peserta dengan kompaknya. “Tapi capek...!” sela Mbak Klara. “Oklah nikmati aja ya.....” Hibur Mas Hanif yang terus bercerita tentang London.  Tak lama kemudian sampailah di Trafalgar Square, lapangan di tengah kota London yang dibangun untuk mengenang pertempuran Trafalgar yaitu perang di laut antara  Inggris melawan Napoleon, kapal perang Angkatan Laut Inggris memenangkan pertempuran tersebut.  Pada saat ini Trafalgar Square sering digunakan untuk demonstrasi. Disana juga ada National Gallery Museum.
Sampai di hotel Andina langsung merebahkan diri di sofa, kepalanya pusing dan hidungnya buntu. “Ndin, kenapa?” Mbak Asti menghampirinya dan duduk di sebelahnya.  “Ga  pa pa Mbak, biasa gejala flu. Aku udah minum obat kok.”  “Ya udah kalo gitu tidur aja, ntar pas makan malam tak bangunin.” Ternyata ga hanya Andina yang flu, mbak Klara dan Sifa juga bersin-bersin menantang cuaca London yang kurang bersahabat. Andina berniat hanya beristirahat di hotel dan mengurungkan niatnya  untuk menikmati malam di London lagi. Bener juga, gadis itu molor dengan nyenyaknya.
Andina terbangun waktu alarm ponselnya berbunyi dan lonceng  di perutnyapun ikutan bernyanyi.  “Ehemm....dah enakan Non.” Mbak  Asti tersenyum-senyum sambil melambaikan tangannya. “Ada apa, Mbak?” “Ndin, tadi ada Ikhsan telepon kamu.  Ponselmu ga bisa dihubungi katanya.” “Hah...Ikhsan!” Wajahnya memerah dan jantungnya berdebar mendengar nama itu. “Pesennya cuma baca sms atau e-mailmu.”  Segera dibukanya ponsel warna pink itu dan tidak ada pesan apa-apa. Coba dibukanya e-mailnya tapi ga bisa. Oh iya...inikan London bukan Jakarta gitu lhoh.....”Ndin, minum teh hangatnya dulu....keburu dingin.” “Ma kasih ya...Mbak Asti.” Diseruputnya  teh hangat yang enak sekali, lumayan melegakan nafasnya. Ingatannya langsung ke Ikhsan  yang penyuka teh itu. Terbayang pertemuannya dengan Muka Tembok di tengah mekarnya bunga Tulip  hi..hi...kayak film India. “Hoooiiii, kok ngelamun sih.  Sono cepetan mandi habis itu makan malam.” Cubitan Mbak Klara di pipinya membuatnya tersadar dari lamunan.
Suasana makan malam nikmat sekali. Teman-teman bersendau gurau dengan riangnya. Andina menyantap makanan khas Inggris fish and chips. “Siapa nih yang mau menikmati malam di London untuk terakhir kali, besok kita sudah terbang ke Belanda lho....” pengumuman dari Mas Hanif membuat Andin ngiler juga. “Saya Mas...!” Kali ini semua peserta kompak ngikut.  Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Nah, rencana  ga keluar hotel buyar deh. Suhu yang dingin tak menyurutkan semangat mereka.  Andin melihat sms di ponselnya. Sms dari Ikhsan di bacanya dengan wajah berseri. “Andin, maaf ya aku tidak bisa nemuin kamu.” Hanya sms yang singkat tapi jelas.  Jelas-jelas mengecewakannya.  “Ya, Allah kenapa begini ya. Kali ini pertemukan aku dengan dia.” Doanya dalam hati. Malam terakhir di London terasa dingin, bener-bener dingin. Gadis itu menikmati coklat panas terakhirnya di London.
Pagi ini begitu cerah, Andin tak mau dibuat sedih gara-gara sms Ikhsan yang menyebalkan itu terlalu lama. Rugi yaa...kalo ga menikmati tour seindah ini.  Wow... inilah gereja tempat Pangeran Charles dan Putri Diana menikah. St. Paul’s Cathedral dibangun pada abad 17. Dari Menara yang tertinggi kita bisa menikmati keindahan kota London. Sebuah bangunan dengan arsitektur yang indah sekali. “Mas, kapan nih kita naik perahu menyusuri sungai Thames?” Celetuk Sifa. “Sebentar lagi, Non.” Jawab Mbak Klara. Tujuan berikutnya   London Bridge. Jembatan yang membelah sungai Thames dibangun antara tahun 1886 dan 1894. Di dekat situ terdapat Tower of London yang merupakan bekas penjara untuk tahanan kerajaan. Di sana Imperial Crown dipamerkan. Selanjutnya rombongan menikmati asyiknya berperahu menyusuri sungai Thames.  Inilah lokasi terakhir wisata di London. Kalo untuk Andina sangat berkesan karena dia penggemar peninggalan-peninggalan kuno tapi bagi Mbak Klara dan Sifa tidak begitu, bagi mereka hanya London Eye dan suasana malam di London yang menarik.  Nanti sore mereka akan terbang Frankfrut .
===
Selanjutnya baca TOUR GRATIS KE EROPA 2 (FRANKFRUT, AMSTERDAM, KOUKENHOF, VOLENDAM)

No comments:

Post a Comment