Kisah ini menceritakan seorang wanita karier yang mendapat julukan 'Nona Nana' dari teman-temannya. Dia gambaran seorang gadis dari desa yang yang berpendidikan tinggi dan berkarir mapan di kota. Inilah kisah lika-liku seorang wanita karier lengkap dengan segala tantangan dan ujian yang dialaminya.
Suasana kantor hari ini terasa menegangkan. Hari ini Big Bos yang sudah berada di Surabaya selama 2 hari itu akan mengadakan meeting penting tentang efisiensi di semua bidang termasuk efisiensi sumber daya manusia. Ety, sekretaris seksi yang tidak bisa jaga rahasia itu mulai menyebarkan isu-isu tidak sedap mulai seminggu yang lalu. Semula Nona Nana tenang-tenang saja karena sudah tahu sifat Ety yang suka mengadu domba dan menghembuskan isu tidak sedap. Tapi begitu ada Big Bos datang dan ada memo khusus untuknya dan beberapa pegawai yang lain, dia baru percaya. Sangat jelas tertulis disitu hal apa yang akan dibahas. Nona Nana bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia harus ikut meeting. Biasanya hanya para Manager dan Kepala Wilayah seluruh Jawa Timur yang hadir. Apalagi Mbak Nat dan Ety tidak mendapatkan memo itu.
Jam 6 pagi Nona Nana dan Mbak Ma sudah datang di kantor untuk mempersiapkan diri menjelang meeting menegangkan itu. “Na, mau terjadi apa sih di kantor ini?” Mbak Ma tampak tegang sekali, sampai menyenggol gelas yang ada di depannya. Untung saja data-data yang sudah tertata rapi di meja tidak terkena air teh. “Hati-hati Mbak, jangan terlalu tegang. Malah berantakan semua nanti.” Nona Nana menenangkan Mbak Ma yang minum melulu karena cemas. “Gimana nggak tegang Na, aku cuma pegawai rendahan disini dan nggak pernah ikutan meeting sama bos-bos. Tiba-tiba saja disuruh meeting dengan penggede. Ya kalau kamu sih sudah biasa ikutan, kan asisten.””Akh, Mbak ini. Semua juga khawatir di-PHK, tapi kata Ibuku rejeki tak kemana, kalau satu jalan ditutup pasti ada jalan lain yang terbuka. Pasrahkan semua pada Allah. Sarapan dulu yok, biar lebih santai Mbak. Baru jam 7 kok.” Nona Nana menepuk-nepuk bahu Mbak Ma dan mereka jalan kaki ke warung nasi pecel yang tak jauh dari kantor untuk sarapan sambil melepas ketegangan. Sepanjang jalan Mbak Ma masih heran melihat Nona Nana yang bisa lebih tenang menghadapinya. Sampai di warung Asri ternyata ada Ron-Ron dan Vic disana. “Ma, kenapa lo manyun aje he....”Canda Vic. Mbak Ma spontan menepuk bahu Vic dan duduk di sampingnya. ”Kau ini bercanda melulu, Vic.”Cowok mbanyol itu terus saja menggoda Mbak Ma.”Takut di-PHK trus dipulangkan ke kampung halaman ya. Gitu aja takut, Ma. Jalan masih panjang sob.” ”Mbak, pesen apa nih..” Teriak Nona Nana. “Sama ma kamu Non....” Sambil menunggu pesanan, 2 gadis single itu bercanda dengan 2 cowok cakep yang berpostur tinggi menjulang kayak BTS. Vic menghibur Mbak Ma dengan menari dan bersenandung Caiyya Caiyya mengikuti Briptu Norman yang muncul di sebuah acara infotainment. Mereka tertawa gembira melihat tingkah Vic.
==
Ketika memasuki ruang meeting, semua kelihatan serius. Tampak Pak Idrus mengerutkan kening sambil memandangi dokumen yang dibawanya. Pak Irzad mematikan smartphonenya dan meminta semua yang sudah hadir untuk pergi ke kamar kecil sebelum meeting dimulai. “Ridwan, Ray belum datang ya?” Pak Idrus menanyakan keberadaan Pak Ray, kepala wilayah Malang. “Bisa berabe nih, kalau telat.” Celetuk Mbak Ma. Pak Iswara yang memberikan jawaban kalau Pak Ray sedang ditugaskan ke kantor pusat. Semua memendam tanya dalam hati, kok aneh ya. Tepat jam 10 pagi meeting dimulai. Mbak Ma yang duduk di sebelah Nona Nana sesekali menyenggolkan kakinya ke sahabatnya itu. Nggak tahu kenapa, saking tegangnya kali ye... Meeting hari itu memang benar membahas efisiensi di semua bidang, termasuk SDM. Pada sesi pertama ini bagian General Affair dan Operational yang dibahas lebih dulu. Semua pemakaian listrik, air, telepon, kertas dan lain-lain dibatasi. Pak Irzad sebagi Manager Operational mengajukan keberatan untuk beberapa hal. Departemennya mendapat teguran serius dari manajemen karena dinilai terlalu boros. Untuk General Affair, biaya telepon yang membengkak juga mendapat perhatian khusus sehingga pemakaian harus dibatasi juga.
Ketika jam istirahat, Mbak Ma secepatnya menuju Musholla untuk sholat Dhuhur dan melepas sejenak ketegangan. “Na, aku sholat dulu, pusing kepalaku.” “OK. Aku juga Mbak.” Mereka bergegas menunaikan kewajiban sebagai umat Islam. Ternyata di Musholla sudah ada Pak Irzad dan Pak Agus. “Ayo cepat Gus, kamu yang jadi Imam.” Pak Irzad tahu betul betapa saklaknya Big Bos, semua serba ontime. Setelah sholat, mereka secepatnya makan siang yang sudah disiapkan oleh Ridho. “Ridho, mana es jeruk pesananku?” tanya Mbak Ma. Office Boy itu secepatnya balik ke dapur. Segar rasanya minum es jerman yang dingin.
Meeting sesi kedua dimulai. Bagian yang paling ditunggu-tunggu tiba, yaitu tentang efisiensi SDM. Ternyata Manajemen membentuk sebuah Tim yang bertugas menilai kinerja pegawai. Tim itu beranggotakan Nona Nana, Mbak Ma, Adri, Pak Irzad, Pak Ridwan dan diketuai oleh Pak Iswara sebagai Kepala kantor perwakilan di Surabaya. Sekarang Mbak Ma baru mengerti kenapa dirinya diajak meeting juga. Mengingat begitu rahasianya tugas yang mereka emban, Big Bos mempersilakan peserta yang lainnya meninggalkan tempat meeting. Tinggallah nereka bertujuh dalam ketegangan. Big Bos dengan tenangnya menyebutkan semua tugas yang harus dijalankan mereka. Kali ini Nona Nana juga ketularan tegang. Tugasnya mirip seorang intelijen. Menilai dengan diam-diam tanpa sepengetahuan sasaran. Wah, kayak cerita-cerita di novel deh.
Semua tugas harus kelar dalam waktu 2 bulan mulai dari hari ini. Di Jawa Timur ada 115 pegawai yang tersebar di seluruh Jawa Timur, jadi mereka kadang harus ke luar kota untuk melaksanakan aksinya. Ada beberapa acara yang digelar untuk penilaian ini. Minggu ini ke Malang, minggu depan ke Madiun dan Jember. Benar- benar penuh tantangan. Mereka harus seobyektif mungkin, tak peduli kawan ataupun lawan. Kata Big Bos, mereka terpilih menjadi Tim Penilai karena mempunyai pribadi yang profesional,tangguh,jujur,displin dan taat pada agamanya masing-masing. Semua format sudah disiapkan oleh Manajemen jadi Tim Penilai tinggal mengikuti juklaknya.
Meeting dengan Big Bos selesai menjelang pukul 8 malam. Besok hanya Tim penilai yang melanjutkan meetingnya. Wajah Mbak Ma dan Nona Nana terlihat capek. “Na, kepalaku pusing. Aku belum terbiasa mendapat tugas seperti ini.” Keluhnya dengan kepala yang tergeletak di meja kantor. “Aku juga belum pernah, Mbak. Hadapi aja semua dengan senyuman. Sekali lagi rejeki Allah yang menentukan.” Hibur Nona Nana sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu. “Jangan-jangan setelah Tim kita mem-PHK orang, gantian kita yang di cut.” Kata Mbak Ma dengan meletakkan tangannya di leher, seolah-olah mau memenggal kepalanya. “Ya, cari rejeki di tempat lain Mbak. Kata Ibuku, kita harus siap menerima resiko apapun. Yang penting kita ada di jalan yang benar.” Nasihat Nona Nana menenangkan hati Mbak Ma yang sebenarnya masih tidak tenang itu. “Ya udah, pulang yook, Mbak. Cepat istirahat, ingat besok tugas penuh tatangan menanti.” Akhirnya mereka berdua pulang ke kos-kosan masing-masing diantar Bang Man, sopir kantor.
BERSAMBUNG
SELANJUTNYA BACA, HARI YANG MENEGANGKAN (2)
No comments:
Post a Comment