Kisah ini menceritakan seorang wanita karier yang mendapat julukan 'Nona Nana' dari teman-temannya. Dia gambaran seorang gadis dari desa yang yang berpendidikan tinggi dan berkarir mapan di kota. Inilah kisah lika-liku seorang wanita karier lengkap dengan segala tantangan dan ujian yang dialaminya.
Nona Nana kelabakan ketika Ita menggedor-nggedor pintu kamarnya. Untung saja ada telepon untuknya, kalau tidak pasti telat bangun deh. Padahal hari ini ada meeting lanjutan yang kemarin. Ternyata Mas Elka yang pagi-pagi menelponnya. Seneng banget, pasti bawa berita gembira. Dia berlari menuju tempat telepon di ruang tengah. Sampai panggilan Safa tak dihiraukannya dan brak.....gadis manis itu terpeleset dan menubruk kursi plastik. Rupanya ruang tengah baru saja dipel, untung saja nggak ada luka serius.
“Mas, telepon aja ke HP. Kenapa telepon ke te rumah sih.” Katanya sambil mengusap matanya yang masih mengantuk. “Udah, tapi masuk mailbox.” Jawab Elka singkat. Nona Nana melihat jam yang ada di tembok ruang tengah dan dia teringat kalau belum sholat Subuh. “Mas, aku sholat Subuh dulu ya. 15 menit lagi telepon.” Blek...ditutupnya telepon secepatnya. Elka hanya terbengong-bengong tak tahu apa yang terjadi.
Setelah sholat dismsnya Mas Elka, dia bener-bener ingin curhat. “Jam berapa baru sholat subuh Non.”Suara Mas Elka terdengar merdu di telinganya. “Kecapekan aku, kemarin seharian tegang banget...” “Emang ada apa sih, kayaknya seru banget?” Diceritakannya semua yang dialaminya kemarin dan seperti biasa, Mas Elka memberikan nasihat-nasihat yang menyejukkan hatinya. “Hadapin santai aja, lagian kalau kena PHK sudah ada job baru yang menunggu kok.” Hibur Elka. “Job apa,Mas.” Tanya Nona Nana penasaran. “Jadi sekretaris pribadiku.” Elka tertawa terbahak-bahak menggodanya. “Emang berani gaji aku berapa!” Balas gadis itu nggak mau kalah. “Ya ambil aja gajiku semua untuk kamu. Masih kurang nggak?” Nona Nana kali ini terdiam kehabisan kata-kata. Mereka berdua ngobrol asyik sekali. “Mbak Nana......giliran mandi......!!” Teriak Safa. “Mas, giliran mandiku sudah sampe. Nanti malam aja ya telepon lagi. Tak critain meeting hari ini.” Sebenarnya Elka belum mau menutup obrolannya karena masih ada yang mau disampaikannya tapi karena kekasihnya terburu waktu mo ngantor, ditutupnya telepon dengan berat hati.
==
Seperti yang sudah diduga, begitu tiba di kantor Mbak Nat yang cablak dan Ety yang genit sudah menyambutnya. Mereka sudah berkicau dengan riangnya menanyakan hasil meeting kemarin. Nona Nana neg juga mendengar ocehan mereka. Dijawabnya dengan halus kicauan mereka “Wah, kalau hasil meeting tanyakan aja kepada Big Bos langsung. Aku nggak berwenang dong mengumumkannya.” “Hey, kalian ini habis sarapan pisang ma kroto (makanan burung) ya? Suaramu lho saingan ma burung beoku , cempreng kayak kaleng rombneg dipukul. Ga enak banget didengerin.” Pak Irzad tiba-tiba datang mengagetkan mereka. “Ety, sopan dikit kenapa? Sudah sana pergi ke ruanganmu.” Pak Irzad memang paling tidak suka dengan tingkah sekretaris yang tidak profesional itu. Coba kalau bukan bawaannya Direktur, pasti sudah diganti nama dia. Ety berlalu sambil menggerutu,”Enaknya jadi anak kesayangan, dibelain terus. Pagi-pagi begini sudah ada yang mo PDKT.” Mereka hanya terdiam mendengar gerutuan Ety. Wajah pria matang dan berwibawa itu tampak bersemu merah karena malu. Pak Irzad memang sangat perhatian sama Nona Nana, sehingga ada yang menafsirkan dia naksir sama gadis manis itu. Semua orang pada tahu dan Nana juga merasa kalau ada sesuatu pada atasannya yang satu itu. Tapi benar tidaknya, dia sendiri tidak tahu karena pria berwibawa itu belum pernah mengungkapkan cinta padanya. Nona Nana sendiri sudah punya Elka. “Na, kamu yang hati-hati lho. Tugas kita nggak main-main. Jaga rahasia baik-baik.” “Iya Pak.” Jawabnya setengah khawatir. “Oh ya, sikap Ety dan Natasha tadi juga masuk penilaian attitude lho.” Pak Irzad kemudian melihat data-data yang sudah disiapkan Nona Nana dan membawanya ke Big Bos.
“Hayoo...pagi-pagi sudah ada yang ngapelin nih....” Goda Mbak Ma mesam-mesem. “Mana pisang kejunya, dibawain nggak?” Tanya Nona Nana mengalihkan pembicaraan. “Aduh, makin deket aja nih sama Bapak yang satu itu, kan satu tim...” Mbak Ma masih terus menggoda sahabatnya itu. “Udah....mana kuenya...?” Tak sabar dia ingin sarapan pagi pisang keju biar bisa berkicau dengan merdu pada meeting nanti. “Nih....habisin semua...” “Aduh, sayangku masa Kanda tersayang nggak dibagi sih? Rajuk Ibra yang tiba-tiba datang menggoda Mbak Ma. Mereka biasa menjuluki Ibra dengan Bronis alias brondong manis. Usianya baru 21 tahun dan emang manis sih. Tapi ulahnya suka bikin neg Mbak Ma. “Nah..tu.. tuh..fansmu datang tuh....” Nana secepatnya mengambil kotak kue itu. “Hei, kecil-kecil suka jahilin orang tua. Sana pergi.” Teriak Mbak Ma dengan jengkel. “Aduh Mbak, ojo nesu to yo. Aku kali ini serius. Mbak diminta secepatnya ke ruang Pak Ridwan. Kenapa juga telepon di ruangan ini mati.” Nana mengecek telepon dimejanya dan benar tidak ada nada sama sekali. “Bronis manis perbaiki ya...ntar tak kasih pisang keju satu.” Mohon Mbak Ma dengan cengengesan. “Kalo ada maunya aja, baik-baikin orang.” Pikir Ibra.
==
Kembali hati Nona Nana ketar-ketir ga karuan. Big Bos bilang akan ada kejutan yang akan diumumkan pada sesi terakhir. Ada apa gerangan? Mbak Ma hari ini sudah bisa menguasai mentalnya. Semalaman Ibunya kasih support mental yang sangat berarti. Sesi pertama membahas lebih detail poin-poin yang ada dalam penilaian. Big Bos menekankan untuk seobyektif mungkin memberikan penilaian karena menyangkut masa depan manusia. Yang ada dalam pikiran masing-masing peserta sama, bagaimana seandainya ada pegawai yang dekat dengan ‘petinggi’ dan ternyata mempunyai kinerja yang jelek ? Ternyata solusi dari Manajemen patut diacungi jempol. Kali ini tidak ada perkecualian. Semua pegawai yang tidak memenuhi standar akan mendapatkan imbalan sesuai kelakuannya. Ya iyalah, wong banyak yang masuk lewat koneksi. Biasalah, disemua tempat juga begitu. Paling alasannya diperhalus seperti dimutasi ke cabang yang sudah pasti si pegawai tidak mau. Mungkin juga disuruh mengundurkan diri dengan pesangon yang telah ditentukan Manajemen.
Meeting hari ini ternyata tidak lama. Big Bos malam ini harus terbang ke Singapura untuk menjenguk Ibundanya yang sedang dirawat di sana. Tidak ada break makan siang karena meeting akan diakhiri jam 2 siang. Dan inilah saat-saat yang ditunggu-tunggu itu. Semua peserta tampak tegang menunggu kejutan yang akan diberikan Big Bos. Dengan wajah santai beliau memberitahukan bahwa hari ini dengan berat hati Manajemen akan mem-PHK 1 orang dan memutasikan 1 orang, untuk area Jawa Timur. Siapa gerangan ? “Nggak mungkinlah orang-orang yang ada di ruangan ini?” pikir Nona Nana. Yang pasti siapapun yang kena pastilah pegawai tetap, karena kalau pegawai kontrak dan tenaga lepas harian pasti Pak Irzad yang memberitahukan.
Suasana semakin menegangkan ketika Big Bos membuka amplop yang berisikan nama-nama yang akan disebutkan. Semua kaget ketika nama Etika Maharani disebutkan. Wah, bener-bener sportif. Cewek tukang ngegosip itukan masih keluarga orang kuat di perusahaan ini. Kenapa malah kena duluan. Lumayanlah kena mutasi ke Makasar. Nama kedua yang disebutkan adalah Raya Syahputra, kepala wilayah Malang. Semuanya paham sekarang, kenapa saat penting begini Pak Ray tidak ikut hadir. Yah, kasihan deh kena PHK. Mau gimana lagi tidak ada yang bisa menolong.
==
Setelah meeting selesai Pak Irzad mengomando untuk secepatnya sholat Dhuhur, karena hampir setengah tiga. Nona Nana kagum padanya, sesibuk apapun tak pernah lupa kepada Allah. Ety si sekretaris centil itu mendekati Mbak Ma yang sedang memakai sepatu. Tapi dia cuek aja dan pergi meninggalkannya. Ety mengikuti langkah Mbak Ma dan menghentikannya. “Ma, berhenti bentar dong.” “Aku lapar Et, mo ngikut temen-temen makan siang ke Plasa Surabaya.” Ety kecewa sekali tidak bisa mendapat bocoran sedikitpun tentang hasil meeting. Mau maksa ikut dia nggak berani karena ada Pak Irzad.
“Ety....telpon di ruanganmu bunyi tuh.” Panggil Natasha. Dia berlari ke ruangannya dan ada suara berat di ujung telepon. “Ety ke ruangan saya sekarang juga.” Perintah Pak Iswara. “Iya, Paak.” Jawabnya lesu. Dia duduk seperti orang ketakutan di depan Pak Iswara. Tanpa basa-basi beliau langsung mengatakan isi keputusan Manajemen. Seperti yang sudah diduga sebelumnya gadis itu langsung protes. “Pak bagaimana sih ini, kok saya ke Makasar. Ke Jakarta atau ke Bandung saya mau.” “Keputusan tidak bisa dirubah, sayang.” Pak Iswara dengan sabar menasihati Ety kalau semua itu buminya Allah, jadi terima saja. Panjang lebar beliau menasihatinya tapi tidak bisa meluluhkannya. “Pak, saat ini juga saya mengundurka diri.” Kata Ety dengan emosi dan menahan tangis. Sebagai pimpinan yang bijaksana, Pak Iswara masih memberikan kesempatan 2 hari untuk memikirkannya. Tapi tukang gosip itu tetap pada pendiriannya. Ya sudahlah.
SELESAI
No comments:
Post a Comment