Tulisan ini saya bagi menjadi 2 bagian. Bagian 1 adalah WISATA INDONESIA :Heritage Tour to Yogyakarta/Jogja dan bagian ke 2 adalah WISATA INDONESIA : Dieng Plateau Tour.
BAGIAN 1
THE ROYAL WEDDING TOUR (Heritage Tour to Yogyakarta/Jogja)
Yogyakarta atau yang biasa disebut Jogja memang sebuah tempat wisata yang menarik di pulau Jawa. Disana banyak peninggalan-peninggalan kuno yang sangat eksotik. Hari masih pagi ketika pesawat mendarat di Bandara Adi Sucipto, Yogjakarta. Hem...tak sabar rasanya menikmati suasana Jogja......kulinernya, Malioboro...., dan The Royal Wedding. Pernikahan putri bungsu Sri Sultan Hamengkubuwono X memang sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Banyak yang sudah merencanakan berlibur pada momen langka tersebut. Bahkan hotel-hotel sudah dipesan jauh hari sebelumnya. Kamipun tak ketinggalan, mulai dari penginapan, mobil,sopir dan lain-lain sudah kami persiapkan dengan matang. Untungnya suami saya punya sahabat yang punya biro pariwisata di sana.
Kami datang berempat dari Jakarta. Kami akan menikmati Jogja dan sekitarnya 6 hari. Oh iya...2 teman bule kami dari Belanda, meluangkan waktu khusus untuk The Royal Weddingnya Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat ini. Kami sengaja memilih hotel tak jauh dari Kraton untuk menghormati tamu kami yang memang gila travelling. Kebetulan kami penggemar budaya Jawa. Jadi kami berharap dapat menyaksikan kirab pengantinnya yang spektakuler tersebut. Maklum, teman-teman bule kami memang punya darah Jawa dari Mbah Buyutnya he..he...
TOUR HARI KE 1
Untuk memulai tour ini kami sarapan ‘Gudeg’ dulu di salah satu restoran gudeg terkenal di Yogjakarta. Si Bule pingin banget menikmati ‘Gudeg’ yang selama ini hanya mereka lihat gambarnya di sebuah promosi pariwisata Indonesia. Makanan yang terbuat dari nangka muda itu menjadi primadona kuliner di Jogja. Disajikan lengkap dengan krecek,telur,ayam dan sambal goreng. ‘Manis banget’, itulah komentar pertama mereka. Gudeg yang disajikan diatas piring yang terbuat dari tanah liat beralaskan daun pisang itu, membuat suasana bertambah ceria. Kalau saya lebih suka opornya dan tak lupa menikmati teh poci gula Jawa. Sueger je... Setelah itu, kami langsung menuju menuju hotel tempat kami menginap.
Wow....indah sekali arsitekturnya. Khas Wong Jowo.....ukir-ukirannya eksotik sekali. Kami hanya meletakkan barang-barang bawaan kami dan selanjutnya go to Kraton Jogja.
Kraton Kasultanan Ngayogjokarto Hadiningrat, Tempat Tinggal Keluarga Kerajaan
Menjelang pernikahan Jeng Reni – Ubay pengunjung kraton lebih ramai dari biasanya. Seperti halnya kami, mereka datang khusus untuk menyaksikan momen unik dan langka tersebut. Padahal kami tahu, kami tidak bisa menyaksikan langsung acara ijab kabul dan resepsinya. Tapi setidaknya kami bisa melihat langsung Sang Puteri dan Sang Pangeran pada waktu kirab. Stasiun-stasiun televisi juga menyajikan liputan khusus Royal Wedding ini.
Setelah membayar tiket masuk, kami diantar oleh seorang guide yang berpakaian adat Jawa berkeliling kraton. Istana megah yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) tahun 1755 itu masih tampak terawat rapi. Bagunannyapun masih terlihat kokoh. Di sana terdapat Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Foto dan tempat-tempat menarik lainnya. Juga ada Gedung Kuning yang menjadi tempat tinggal Sri Sultan dan keluarganya sampai sekarang. Sayang sekali, untuk bagian-bagian tertentu pengunjung dilarang memotretnya. Di Bangsal Sri Manganti, para abdi dalem biasanya menggadakan pertunjukan budaya.
Kedua teman bule kami tampak sangat antusias, berbagai pertanyaan dilontarkan mereka kepada guide. Tak terasa hari sudah siang dan perutpun kembali keroncongan. Sebelum kita meneruskan wisata candi di Jogja, kami makan siang dulu di sebuah restoran yang tak jauh dari kraton sebelum meneruskan wisata budaya kami.
Bale Raos, Menu Favorit Para Raja Ada Di Sini
Restoran berarsitektur Joglo (rumah adat suku Jawa) yang letaknya masih dalam lingkungan Kraton Jogja ini menyajikan masakan kesukaan para Raja. Bale Raos ada di bagian belakang kraton dekat Sarinah di jalan Magangan Kulon. Bagi wisatawan yang penasaran dengan masakan khas keluarga kraton wajib menjadikan Bale Raos sebagai tujuan wisata kuliner di Jogja.
Ada Sup Timlo dan bebek suwir yang makanan favorit Sri Sultan HB X, semur piyek (kesukaan Sri Sultan HB IX), Bir Jawa (favorit Sri Sultan HB VIII), dll. Saya sendiri memilih menu bebek suwir, saus kedondong dan irisan nanasnya menambah selera makan wow...bener-bener mak nyusss....Tapi jangan lupa reservasi dulu ya..takutnya ga kebagian tempat. Sebenarnya mo sekalian mampir ke Sarinah lihat batik n sovenir tapi kami menundanya, biasalah...kalau wanita sudah lihat batik yang bagus-bagus pasti lama belanjanya. Jadi kami memutuskan lain waktu untuk kesana.
Candi Borobudur, Tempat Terindah di Yogyakarta/Jogja
Selanjutnya kami menuju ke Magelang untuk mengunjungi Candi Borobudur. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah. Candi yang terletak di lereng Gunung Merapi itu tampak menjulang dari kejauhan berlatar belakang Merapi. Sungguh sebuah bangunan yang menakjubkan. Meskipun ini kali ke 3 saya datang ke Borobudur, belum menghilangkan ketakjuban saya pada peninggalan bersejarah ini. Wisatawan dari berbagai penjuru dunia menjadikan Borobudur sebagai tujuan utama bila berkunjung ke Yogjakarta. Bagi orang yang baru pertama kali melihatnya pasti mengajukan pertanyaan yang sama. Bagaimanakah cara membuatnya? Bisa dibayangkan betapa hebatnya nenek moyang kita dahulu.
Candi Budha yang berfungsi sebagai tempat ibadah ini, dibangun oleh seorang raja dari Kerajaan Mataram Kuno yaitu Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Bangunan setinggi sekitar 40 meter itu dibangun 10 tingkat, setiap tingkat menggambarkan tahap kehidupan manusia. Di dinding candi terdapat relief-relief yang sangat menarik yang menceritakan Legenda Ramayana dan ada juga yang menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pada saat itu. Betapa tingginya selera seni pembuatnya. Ukiran-ukiran di batu yang menakjubkan dan penuh makna kehidupan.
Semakin lama mengelilinginya semakin dalam makna kehidupan yang kami dapat. Pemandu wisata kami menerangkan makna relief-relief itu satu persatu. Baru kali ini saya menikmati Borobudur yang sesungguhnya. Maklumlah, sebelumnya saya berwisata ke sini bersama rombongan sekolah dan kantor yang punya selera berbeda-beda. Kalau sekarang, kita berempat mempunyai ketertarikan yang sama tentang sejarah. Kami juga menyewa seorang pemandu wisata profesional yang dengan telaten meladeni pertanyaan-pertanyaan kami dan kamipun punya waktu yang banyak untuk menikmati semua tempat yang kami kunjungi. Suami saya sangat asyik mengambil gambar-gambarnya. Di sini kita bebas berfoto-foto.
Di tingkat yang lebih tinggi terdapat stupa-stupa yang di dalamnya terdapat patung Budha. Di kalangan wisatawan terdapat mitos, bagi siapa yang dapat menyentuh patung Budha di dalam stupa akan menjadi kaya raya. Ini hanya mitos lho....Kami juga ikut-ikutan. Eh....dapat... he...he.... jadi orang kaya......Sampai ke tingkat tertinggi terdapat stupa yang besar sekali. Tempat ini bermakna sebagai nirwana tempat Sang Budha bersemayam. Sampai di tempat ini baru terasa capeknya dan udara bertambah panas. Kami duduk-duduk sambil ngobrol ngalor ngidul membahas salah satu keajaiban dunia ini. Ditempelkan pakai apa ya batu-batu gunung itu hingga bertahan sampai ribuan tahun? Padahal waktu itu belum ada semen. Pakai alat apa untuk naik di ketinggian 40 meter? Nenek moyang kita memang hebat, belum tentu di jaman internet ini kita bisa membuat bangunan sama persis dengan Candi Borobudur. Candi Budha ini memang meninggalkan misteri yang belum terungkapkan sampai sekarang. Amazing!
Candi Prambanan, Candi Hindu Tereksotik Di Yogyakarta/Jogja
Icon-icon pariwisata di Jogja letaknya berdekatan sehingga memudahkan wisatawan untuk menjangkaunya. Teringat jaman SD, karena rumah saya dulu hanya sekitar 4 jam dari Yogyakarta maka kita bisa menikmati tempat-tempat wisata di Jogja dan sekitarnya hanya dalam waktu 1 hari, yah...meskipun tiap lokasi hanya sebentar tapi kami cukup puas karena pergi rame-rame. Berangkat pukul 3 dini hari dan sampai di rumah lagi menjelang tengah malam.
Candi Prambanan terletak tidak jauh dari Borobudur. Hemm....dari jauh sudah bikin penasaran pingin lihat detail reliefnya. Ketika menapak masuk di kompleks candi yang luas ini, lagi-lagi kami dibuat kagum atas kemampuan nenek moyang kita dahulu. Bangunan yang begitu megah dan artistik setinggi 40-an meter itu dibuat pada abad ke-10. Woow...bangunan 1000 candi tinggi menjulang.
Candi Prambanan sangat lekat dengan legenda Roro Jonggrang. Al kisah, ada seorang Pangeran yang bernama Bandung Bondowoso yang naksir berat pada seorang putri yaitu Roro Jonggrang. Sang Putri tidak mencintainya tapi tidak berani menolaknya secara terang-terangan. Untuk menolaknya secara halus maka dibuatnya persyaratan khusus, dia minta dibuatkan 1000 candi dan harus selesai dalam waktu semalam sebelum fajar tiba. Bandungpun mengiyakan permintaan Sang Putri. Dengan kesaktiannya dia yakin sanggup menyelesaikannya tepat waktu. Benar saja, Roro Jonggrang dibuatnya kalang kabut. Dalam waktu singkat Bandung hampir menuntaskan candi itu. Akhirnya Sang Putri menyuruh warga desa untuk menabuh lesung dan membakar ‘merang’ sehingga langit tampak memerah dan ayam jantanpun berkokok. Melihat kenyataan bahwa Roro Jonggrang telah mencuranginya, Bandung Bondowoso murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi yang ke-1000. Walhasil, putri cantik itu berubah jadi patung selama-lamanya....
Sebenarnya patung yang dimaksud sebagai Roro Jonggrang adalah patung Dewi Durga.
Saya juga penasaran dengan relief ‘pohon Kalpataru’ yang ada di candi ini. Kalau pada kunjungan-kunjungan sebelumnya saya tidak sempat menemukannya maka kali ini saya harus menemukannya. Dengan bantuan pemandu wisata, akhirnya kami bisa melihat reliefnya. Di sini ternyata juga ada relief ‘Burung Garuda’ yang dipakai sebagai lambang negara Indonesia.
Pada hari-hari tertentu ada pagelaran Sendratari Ramayana tepatnya di Teather Tri Murti Taman Wisata Candi Prambanan. Sampai disini sebenarnya kami sudah capek, tapi mau kembali ke hotel juga nanggung karena pertunjukan akan dimulai 2 jam lagi. Kami mencari Masjid untuk sholat Maghrib sekalian mengistirahatkan kaki sebentar. Sambil menunggu waktu kami makan malam di restoran yang letaknya di sebuah hotel tak jauh dari Candi Prambanan.
Pentas seni ini menampilkan kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung. Kisah Ramayana dibagi dalam 4 babak: penculikan Sinta, perjalanan Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.
Kami sangat menikmati babak demi babak sendratari yang membuat kami terpana. Mulai dari gerakan lemah gemulai para penarinya, kostum klasik yang anggun dan musikalitasnya yang indah. Benar-benar memuaskan penonton. Jarang sekali kami menyaksikan pagelaran seni yang seperti ini.
Sudah 4 icon wisata Jogja yang kami kunjungi hari ini. Sungguh nenek moyang kita memiliki budaya yang adiluhung yang tak ternilai. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami membahas kehebatannya. Hari sudah larut malam ketika kami memasuki kota Jogja. Di seputar kota sudah mulai ramai tempat makan lesehan dan angkringan. Untuk menutup perjalanan hari ini kami mampir di sebuah angkringan dekat alun-alun untuk melepas penat. Ada sego kucing, usus, wedang jahe, kopi, teh dan berbagai macam gorengan yang menggoda lidah. Kata teman Belanda kami, di negaranya tidak ada tempat seperti itu. Khas Jogja jeee....
TOUR HARI KE 2
Saya sebenarnya ingin menikmati jalan-jalan pagi setelah Subuh, tapi karena kondisi fisik yang kurang bagus kami cukup menikmati sarapan pagi di hotel. Agak siangan kami baru jalan. Seperti rencana semula hari ini kami sengaja memilih tempat yang tidak jauh dari pusat kota.
Hari ini kami meneruskan wisata budaya kami ke Kota Gede tempat raja-raja Mataram dimakamkan dan juga tempat-tempat lain yang tak kalah menariknya.
1.Sentra Bakpia Pathok
Karena suami saya tak sabar menikmati Bakpia Pathok, kami mampir dulu untuk membeli makanan khas Jogja ini. Ada berbagai merk bakpia pathok di Jogja, rupanya ‘mantan pacar’ saya yang guanteng ini punya tempat langganan snack favoritnya itu. Dia langsung menyuruh Pak Jono, sopir kami menuju toko langganannya di jalan Sasuit Tubun. Katanya disitulah yang uasli sli..sli... sli...Rasanya memang uenakkk.....
2.Kota Gede, Peninggalan Kerajaan Mataram Islam dan Pusat Kerajinan Perak
*Makam Raja-Raja Mataram Islam
Mengingat hanya hari-hari tertentu diperbolehkan masuk makam, maka makam raja-raja pendiri kerajaan Mataram Islam menjadi tempat pilihan pertama kunjungan hari ini.
Untuk memasuki makam ini, pengunjung diwajibkan memakai pakaian adat Jawa. Jangan khawatir, kita bisa menyewanya disini.
Sultan Agung Hadiwijaya, Ki Ageng Pamanahan dan Panembahan Senopati dimakamkan di Kota Gede.
Ada mitos aneh bin ajaib di sini. Konon, ada ikan lele yang tinggal duri masih bisa hidup. Tapi tidak semua orang bisa melihatnya. Pengunjung yang tidak bisa melihatnya cukup terhibur melihat lele-lele lain yang hidup di kolam.
*Sentra Kerajinan Perak
Kami hanya sebentar berziarah kemudian kami menuju sentra kerajinan perak. Di sepanjang jalan Kemasan banyak dijumpai showroom-showroom yang menjual berbagai pernak-pernik dari perak.
Di sana juga ada Kampung Wisata Basen, di kampung ini kita bisa membeli kerajinan perak langsung ke pengarajinnnya. Tentu saja dengan harga yang lebih murah.
*Masjid Kota Gede
Tak terasa hari sudah siang, tujuan selanjutnya adalah Masjid Kota Gede. Masjid ini dibangun oleh Sultan Agung dan merupakan masjid tertua di Yogjakarta.
Di halamannnya ada pohon beringin yang berusia ratusan tahun bernama ‘Wringin Sepuh’.
Arsitektur Masjid ini indah sekali, ada lambang kerajaan di gapuranya. Kami sholat Dhuhur di masjid yang berbentuk limasan ini.
Selanjutnya kami menuju tempat makan yang menyajikan menu steak dan bolo-bolonya. Ini sih karena teman bule kami yang minta. Mereka ingin merasakan steak selera Indonesia.
3.Taman Sari, Taman Indah Penuh Misteri
Sasaran selanjutnya adalah Taman Sari. Taman Sari dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I bertahta. Arsitekturnya gabungan antara Eropa (Portugis) dan Jawa. Taman ini merupakan tempat pesanggrahan Raja dan keluarganya.
Di sini terdapat tempat untuk bertapa Raja, kemudian ada kolam yang cantik lengkap dengan air mancur dan pot-pot besar. Juga ada lorong-lorong yang menghubungkan Taman Sari dan Kraton Yogjakarta. Bagian ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan Raja dan keluarganya bila ada serangan musuh. Konon, lorong-lorong itu adalah jalan menuju pantai selatan yang digunakan Sultan Jogja untuk bertemu Nyi Roro Kidul. Menurut legenda raja-raja di Kasultanan Yogjakarta adalah suami dari Nyi Roro Kidul. Sebuah mitos yang penuh misteri.
Wah... hari ini kami seneng banget. Sampai di hotel kami beristirahat untuk memulihkan tenaga. Sebuah stasiun televisi menyiarkan acara Royal Wedding. Hari ini acaranya adalah langkahan.
Langkahan menurut adat Jawa adalah upacara yang dilaksanakan apabila adik menikah lebih dulu dari sang kakak. Tebusan langkahan adik kepada sang kakak berupa setangkep pisang sanggan bersama perlengkapan seluruh tubuh.
Hemm....kebayanya bagus-bagus......mempelainyapun cantik dan tampan. Lucunya lagi, semua wartawan/ti yang meliputnyapun diwajibkan pakai baju adat Jawa. Yang wanita memakai kain batik plus kebaya dan yang pria memakai kain batik, beskab dan tak lupa blangkonnya. Tak terkecuali kru media luar negeri. Si bule jadi pakai blangkon...
4.Alun - Alun Kraton
Sehabis sholat Maghrib, kami jalan-jalan di sekitar keraton. Kraton sudah mulai dihias dengan pernak-pernik upacara pernikahan. Enak juga duduk-duduk menikmati malam di alun-alun. Kali ini kami akan mencoba ‘Permainan Masangin’ di alun-alun kidul. Disana ada 2 buah pohon beringin. Kita harus melewati kedua pohon beringin tersebut dengan mata tertutup. Hasilnya, ada yang mulus melewatinya dan ada yang melenceng. Inilah yang biasanya menjadi bahan tertawaan. Suami saya berhasil melewatinya dengan lancar sedangkan saya dan si bule melenceng deh.....
Wah.., di sekitar alun-alun banyak penjual makanan di malam hari. Ada roti bakar, jagung bakar, wedang ronde dan jajanan khas Jogja lainnya. Kami minum ronde untuk menghangatkan badan. Eh...si bule doyan juga. Minuman hangat yang terbuat dari jahe dengan bola-bola ajaib. Bola-bola itu terbuat dari tepung ketan yang diisi gula merah. Rasanya aneh tapi mak nyuss...dan membuatnya memerlukan keahlian khusus. Kalau komposisinya tidak tepat, tuh bola bisa meletus he..he...
5.Jalan Malioboro tempat nongkrong paling asyik di Jogja
Tak sabar rasanya mlaku-mlaku neng Malioboro, sebuah jalan yang sangat legendaris di Jogja. Belum ke Jogja je..kalau belum jalan-jalan ke Malioboro. Di siang hari jalan ini dipenuhi pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam kerajinan, batik, sandal kulit dan berbagai cindera mata khas Jogja. Ada juga mall dan perkantoran. Benteng Vredeburg, peninggalan Belanda beridiri megah di jalan ini. Pada malam hari, disini banyak penjual makanan lesehan. Saya dan suami malas makan di warung lesehan Malioboro, maklum sudah pernah dan tidak nyaman banget. Oh ya, bagi Anda yang mo makan di kaki lima di sepanjang Malioboro harap hati-hati. Kalau bisa pastikan ada daftar harganya. Rombongan saya dulu pernah membayar harga yang muahal buanget... untuk ukuran kaki lima. Lha kita ngomong pake ‘elo-gue’ je... Hueh heh...heh...Makan di kaki lima harga hotel bintang lima. Eh, ada klepon tuh...itu sih salah satu makanan favoritku. Hemm...meski perut masih kenyang tapi aku beli juga makanan tradisional di depan pasar Beringharjo.
Kami lumayan lama di mall. Batiknya bagus-bagus sih. Eh....lapar....Kami menawarkan beberapa menu kepada teman kami. Si bule memilih ayam goreng. Saya memilih warung yang menjual ayam goreng kampung. Tak lupa saya meminta daftar harganya dan untung saja ada. Wow...rupanya tamu kami menikmati banget, rupanya mereka tidak pernah makan di tempat seperti di Malioboro ini. Ada pengamen unik mampir ke tempat kami makan dan menyanyikan lagu-lagu Jawa. Suami saya menyuruhnya nembang beberapa lagu sampai kami selesai makan, tentu saja dengan bayaran yang berbeda. Sengaja dia melakukannya supaya tidak ada pengamen lain yang datang. ‘Walang kekek,walange kadung........’
Selanjutnya kami berputar-putar kota Jogja di malam hari. Semakin banyak tempat yang ingin kami kunjungi. Kota ini ternyata tak pernah tidur. Gudegnyapun tak pernah tidur, 24 jam selalu always.....
TOUR HARI KE 3
Akhirnya kesampaian juga keinginan saya untuk menikmati pagi hari di Jogja. Udara pagi ini sejuk sekali, segar rasanya badan ini setelah 2 hari menikmati Jogja.
1.Tugu Jogja
Pagi hari di Tugu Jogja sudah ramai, penjual koran sudah meramaikan tempat ini. Kami duduk-duduk saja di sekitar tugu. Tugu ini sudah mengalami renovasi berkali-kali hingga berwujud seperti sekarang ini. Setelah bosan cangkrukan di dekat Tugu Jogja, kami berjalan menyusuri jalan Malioboro untuk sarapan nasi pecel di Pasar Beringharjo.
2.Pasar Beringharjo
Pasar ini sudah ratusan tahun keberadaannya dan terletak di jalan Malioboro. Berbagai macam batik, kerajinan tangan, barang antik dan jejamuan dijual disini. Pagi hari, didepan pasar sudah ada penjual nasi pecel. Kami sarapan nasi pecel di sini. Pasar sih bukanya agak siangan sampai jam 5 sore. Bagi yang mau memborong batik dan kerajinan tangan, silakan belanja disini. Kalau pintar menawar, kita bisa dapat separo harga. Eh, salak pondoh juga dijual disini lho...Rencananya besok kita mo ngubek-ngubek pasar ini. Hari ini kita mau berwisata ke Solo. Saya pingin banget ke pusatnya batik Danar Hadi.
3.Kota Solo
Solo adalah salah satu pusat budaya Jawa. Pengusaha batik banyak terdapat di sini. Peninggalan-peninggalan kuno juga banyak di Solo. Selain itu, Solo juga terkenal kulinernya.
*Batik Danar Hadi
Wah, seneng banget rasanya bisa berkunjung Batik Danar Hadi. Impian saya akhirnya terwujud. Dulu belum sempat ke sini. Museum batiknya lengkap banget, mulai batik jaman Belanda ada disini. Tampak foto-foto orang Belanda mengenakan batik.
Kami juga melihat cara pembuatan batik dari awal sampai akhir. Bagi yang tinggal lama di Solo, bisa ikut kursus membuat batik. Pingin.....tapi cuti saya terbatas. Next time, saya pasti ikutan. Kami membeli beberapa batik tulis untuk menambah koleksi.
*Ayam Bakar Wong Solo
Sebenarnya banyak kuliner yang enak-enak di Solo seperti, timlo, tengkleng, bakso, serabi, dan lain sebagainya. Saya sih sudah pernah menikmati semuanya tapi temen-temen yang lain belum. Akhirnya pilihan kami ke restoran Ayam Bakar Wong Solo dulu. Habis itu tak lupa beli roti mandarin di jalan Urip Sumoharjo. Roti ini tahan lama jadi bisa dimakan besok-besok.
*Pasar Kelewer
Pasar kelewer adalah pasar legendaris di kota Solo dan menjadi pusat grosir batik dan produk garmen lainnya. Kalau kesini, saya teringat Ibu saya yang pasti membeli burung puyuh goreng, bikang ambon dan bakso. Waduh, batiknya juga bagus-bagus di sini. Mulai harga puluhan ribu sampai jutaan ada semua. Suami saya membeli beberapa sarung batik dan kemeja. Saya membeli batik jumputan yang motifnya eksotik banget. Tak lupa beli mukena batik. Wow...bisa bisa nguras isi kantong nih. Saya membeli tas laptop ,dompet dan sandal dari kain batik untuk oleh-oleh. Si bule ternyata ikutan memborong batik. Mulai daster, kemeja, sarung, sarung bantal, taplak meja dibelinya semua. Untuk belanja sebaiknya tanyakan dulu ke pedagangnya, boleh menawar atau tidak. Ada pedagang yang mematok harga pas. Kalau boleh menawar, biasanya dapat separo harga. Kalau saya sih seneng yang harga pas, jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan yang tawar menawar. Kalau ga bisa nawar malah ‘keblondrok’. Beli 3 buah biasanya dihitung harga grosir. Murah meriah deh.......
*Masjid Besar
Kami sholat Ashar di Masjid Besar dekat Pasar Klewer. Bangunannya campuran Eropa –Indonesia. Dingin banget di sini hingga membuat mata mengantuk he..he..he...Sambil menunggu Maghrib, kita melemaskan kaki di sini. Di dekatnya juga ada Kraton Solo tapi kami tidak masuk kesana.
Selesai sholat, kami melanjutkan wisata kuliner. Kali ini kami menikmati bakso kemudian tengkleng. Karena sudah kekenyangan kami membungkus serabinya. Hari sudah malam ketika kami meninggalkan kota Solo.
Solo mempunyai banyak tempat wisata, tapi pada perjalanan kali ini saya dan suami memang hanya ingin ke tempat-tempat diatas dan kedua teman bule kami ok-ok saja mengikuti kami pergi.
Memasuki kota Jogja, sopir kami menanyakan tempat nongkrong selanjutnya. Tak terasa serabi yang kami bawa dari Solo tinggal bungkusnya. Ha..ha..ha... Suami saya pingin ke ankringan Lik Man, yang ada di katalog. Tapi Si Bule menyarankan lain kali saja. Sudah capek katanya. Ketika saya tanyakan apakah mereka besok ingin ke pantai Parangtritis atau yang lainnya seperti yang ada di katalog, mereka bilang tidak mau. Cepet-cepet ke Dieng aja katanya. Hueh..heh..heh...kebetulan nih, saya dan suami juga tidak ingin kesana. Wisata pantai sih, mending ke selain Jogja.
Hari ini acara pernikahan putri Sultan sudah memasuki tahap upacara siraman, acara ini dilaksanakan 1 hari sebelum akad nikah. Maksud dari acara ini adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Yang menyiramkan air adalah 7 orang, orang tua dan orang-orang yang terbaik/terdekat dari keluarga. Air juga diambil dari 7 mata air.
TOUR HARI KE 4
Inilah hari yang ditunggu-tungu, akad nikah Sang Putri dan kirab pengantin. Setelah bangun tidur, tubuh kami terasa penat. Pagi ini saya punya janji dengan tukang pijat tradisional. Bu Ros akan datang jam 6 pagi. Suami saya dan teman-teman pergi menikmati gudeg lagi. Saya sarapan pagi saja di hotel. Pagi-pagi begini sarapan nasi liwet enak sekali. Rencananya kami akan belanja ke Pasar Beringharjo, tapi jam 9 pagi saja. Teh poci menyegarkan badan saya yang pegal-pegal. Pijatan Bu Ros membuat badan saya kembali segar. Tapi rasa kantuk menyerang saya setelah pijat. Eh...molor lagi deh....
1.Pasar Beringharjo di siang hari
Karena hari ini Jogja padat pengunjung, pasar di dekat Malioboro ini dipadati pengunjung. Kami melihat batik lagi. Kondisi di sini tak jauh berbeda dengan Pasar Klewer. Harus pandai-pandai menawar. Semua jenis batik, kerajinan tangan dan pernak-pernik khas Jogja lainnya ada disini. Ehem...teman bule kami rupanya lebih tertarik pada kerajinan tangan dan barang antik. Dia membeli berbagai sovenir di sini. Katanya sih, mau dikirim ke Belanda saja. Saya dan suami juga ikutan ide dia. Barang yang kami beli banyak banget. Suami saya sudah minta tolong ke Mas Adi untuk mengemas dan memaketkan barang-barang kami. Anak saya telepon minta dibelikan kaos Dagadu. Itu tuh...kaos yang penuh kata-kata kocak sebagai ciri khasnya.
Hari ini akad nikah Jeng Reni-Ubay dilaksanakan di Masjid Keraton Yogjakarta. Selanjutnya acara panggih temanten digelar di Keraton Jogja. Tampak Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan pejabat penting lainnya hadir. Selanjutnya pada sore hari mereka akan diarak menuju Kepatihan untuk resepsi. 3000 undangan akan memeriahkan pesta agung kerajaan ini. Tampak warga Jogja antusias sekali dengan acara ini. Untuk memeriahkan pesta pernikahan ini, juga digelar angkringan gratis. Kami sih, hanya menyaksikan pesta di televisi. Hanya bagian luar keraton saja yang bisa kita lihat. Tampak janur kuning dan hiasan lain pelengkap pesta memperindah royal wedding ini.
Akhirnya semua barang-barang yang kami inginkan sudah terbeli semua. Oleh-oleh untuk keluarga dan temanpun sudah lengkap. Tinggal nanti sore menyaksikan kirab temanten.
2.Kirab Temanten
Sore ini, warga sudah memadati rute yang akan dilewati kirab ini. Kapan lagi lho lihat keluarga kerajaan secara langsung. Apalagi mereka memakai busana kebesaran keraton. Kami beruntung masih mendapatkan tempat strategis. Teriakan pedagang asongan menambah ramai suasana. Semua tumplek blek jadi satu.
Setelah lama menunggu, akhirnya kirab pengantin lewat juga di depan masa. Spontan penonton meringsek ke depan. Tampak Jeng Reni yang bergelar GKR Bendara dan Ubay yang bergelar KPH Yudhanegara dikirab dengan kereta Kyai Jatayu. Diiringi oleh prajurit keraton dan yang lainnya. Mereka melambai-lambaikan tangannya. Penonton bersorak-sorai gembira. Suami saya tak lupa merekam momen spektakuler itu. Lega sudah, harapan kami untuk menyaksikan kirab pengantin terlaksana. Nggak rugilah teman kami datang jauh-jauh dari Belanda. Mereka bisa menyaksikan kebudayaan nenek moyang mereka yang adiluhung. Tidak mungkinkan pesta semacam itu digelar di Belanda. Ternyata, suami saya masih pingin menikmati cangkrukan di angkringan Lik Man. Katanya mau merasakan Kopi Joss. He..he...ono-ono wae.
Apa sih kopi joss itu, bikin penasaran aja. Eh, ternyata tuh kopi disajikan panas dan dimasukin arang panas didalamnya. Katanya sih kadar kafeinnya rendah. Rasanya ok deh, apalagi dibarengi dengan jadah bakar.
Malam ini kita berkemas-kemas untuk mempersiapkan perjalanan kami berikutnya ke Dieng. Barang-barang yang tidak perlu dibawa, kami titipkan di rumah Pak Fandi-teman suami saya. Dialah yang akan mengirim barang-barang kami lewat jasa expedisi. Besok pagi kami akan cek out dari hotel. Masih banyak tempat wisata di Jogja yang ingin kami kunjungi, tapi sekali lagi karena keterbatasan waktu dan kondisi fisik kami maka kami hanya bisa mengunjungi tempat-tempat tertentu. Si Bule sudah ga sabar pingin ke Dieng.
Selanjutnya Baca Bagian 2 : DIENG PLATEAU TOUR
No comments:
Post a Comment