Sebelumnya baca : WISATA INDONESIA : Heritage Tour to Yogyakarta/Jogja yang merupakan bagian 1 dari tulisan ini.
BAGIAN 2
DIENG PLATEAU TOUR
![]() |


TOUR HARI KE 5
DIENG PLATEAU TOUR
Dataran tinggi Dieng berjarak sekitar 117 km arah Barat Laut Jogja. Lumayan jauh ya...Karena sepanjang perjalanan kesana kita disuguhi pemandangan alam yang bagus jadi tidak terasa. Perkebunan tembakau, teh, kopi dan kebun sayuran menghiasi sepanjang jalan.
Akhirnya sampai juga di Dieng. Kami langsung menuju penginapan. Udaranya sejuk banget. Setelah makan siang dan istirahat sebentar kami menuju tempat wisata yang berupa komplek candi lagi.
1.Candi Arjuna
Komplek candi yang ditemukan oleh tentara Inggris ini adalah candi Hindu yang sudah berusia ribuan tahun. Anehnya candi yang pada waktu ditemukan berdiri di atas rawa-rawa ini masih kokoh berdiri. Hem...udara dingin di dataran tinggi ini membuat pikiran tenang. Apalagi pemandangan pegunungan di sekitar candi ohh...begitu menentramkan hati. Candi-candi disini diberi nama tokoh pewayangan.
Candi Arjuna adalah candi utama yang berhadapan dengan Candi Semar yang bentuknya memanjang dengan atap berbentuk limasan. Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra berdiri berjajar di sebelah kiri Candi Arjuna. Reliefnya tidak begitu bagus menurut saya. Enak juga duduk-duduk santai di sini. Capek jiwa dan raga jadi hilang, pemandangannya bagus banget.
2.Candi Gatutkaca
Setelah puas menikmati keindahan alam di sekitar Candi Arjuna, kami berjalan ke Candi Gatutkaca. Bentuknya hampir sama dengan candi yang lainnya. Di sekitar tempat ini banyak toko cinderama bertebaran. Sovenir kayu batik apik banget.
3.Museum Kaliasa
Tak jauh dari tempat ini kita bisa melihat arca-arca peninggalan sejarah di Museum Kaliasa. Koleksinya cuma sedikit. Juga tersedia informasi seputar kehidupan masyarakat Dieng.
Selanjutnya kita menuju cafe untuk melepas lelah dan menikmati pemandangan Dataran Tinggi Dieng. Dari tempat tertinggi ini, kita bisa dengan leluasa memandang alam yang menakjubkan. Spektakuler! Bagi mereka yang kurang begitu suka melihat peninggalan-peninggalan kuno, tergantikan dengan pemandangan alam yang menarik. Tapi jangan lupa, masih ada tempat indah lainnya lho di Dieng.
Kita akan menginap semalam di Dieng. Besok kita akan ke Telaga Warna kemudian balik lagi ke Jogja. Suasana malam di sini sepi, dingin tapi asyik. Untung saja ada mie ongklok dan tempe kemul melengkapi makan malam kami. Malam ini kita sibuk mengingat-ingat segala sesuatu yang belum terbeli. Suami saya menelepon Mas Fandi untuk membelikan bakpia pathok dan yang lainnya untuk oleh-oleh. Takutnya besok ga sempat beli. Sementara itu Si Bule teringat barang antik yang belum sempat dibelinya. Untung ada Mas Fandi ya, jadi beres semua.
4.Sunrise di Sikunir
Pagi-pagi sekali kami sudah berangkat ke Gunung Sikunir untuk melihat matahari terbit. Kalau saya dan suami sudah sering melihat momen seperti ini tapi teman bule kami belum pernah melihat sunrise di pegunungan tropis. Untuk ssampai disini memang harus jalan dulu, tapi ga rugi karena kita bisa melihat anugrah Tuhan yang menakjubkan. Memang indah sekali, tampak matahari kemerahan tersenyum merekah di ufuk timur, di sela-sela gunung dan hutan.
5.Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Dibalik rimbunnya hutan yang menawan ada sebuah telaga indah. Orang biasa menyebutnya ‘Telaga Warna’. Air di telaga ini bisa berwarna-warni. Kicauan burung hutan mempercantik suasana di sini. Kandungan belerang yang ada di dalamnya memantulkan warna kehijauan, ganggang merah yang ada didasr telaga memantuulkan cahaya kemerahan dan jernihnya air telaga yang berwarna biru muncul dari pantulan gradasi sinar matahari. Itu sih bila dilihat dari ketinggian tertentu. Kalau dari dekat saya hanya melihat air telaga yang berwarna hijau. Didekatnya ada telaga lagi yang disebut Telaga Pengilon. Airnya bening bisa buat berkaca, mungkin begitu maksudnya. He..he..heh...
6.Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran
Masih dilingkup Telaga Warna terdapat Gua Sumur, gua Semar dan Gua Jaran. Di Gua Sumur ada mata air Tirta Prawitasari. Di Gua Jaran ada mitos yang lucu. Konon, kalau cowok masuk kesana kalau keluar akan jadi cewek. Hayooooo siapa berani coba!!!
7.Kawah Sikidang
Orang yang berjalan di sekitar kawah ini biasa berloncat-loncat mencari tanah yang kering untuk berpijak. Di hamparan tanah tandus ini tersebar lubang-lubang bekas kawah yang kalau dipijak mudah ambles dan bisa membahayakan. Bau belerang menusuk hidung.
Dari kawah ini terlihat kepulan asap putih. Eksotik sekali. Air dan lumpur dalam kawah tersebut sangat panas dengan suhu hampir 100 derajat Celcius. Harus extra hati-hati. Jangan sampai melewati batas yang ditentukan. Awas terperosok. Kawah utama Sikidang ini berpindah-pindah tempat. Makanya diberi nama Sikidang. Meloncat-loncat seperti Kidang (Kijang). Unik ya. Ada kawah lain yang dinamai seperti di pewayangan yaitu kawah Candradimuka yang menggelegar. Juga ada kawah Sileri.
Kisah Anak Berambut Gimbal
Salah satu yang menarik di Dieng adalah anak berambut gimbal. Orang tua yang memilikinya sangat bangga. Begitu istimewanya apa saja permintaan mereka harus dituruti. Gimana ya kalau Si Anak minta gajah dari Afrika?! Menurut cerita, mereka adalah keturunan dari yang ‘mbahurekso’ Dieng. Tapi tak selamanya rambut mereka gimbal. Pada saatnya rambut itu akan dipotong dengan upacara khusus. Wow, fenomena yang aneh ya!
Sayang sekali kita belum sempat menjumpainya. Lain waktu ingin rasanya, mmengunjungi mereka.
==
Kami kembali secepatnya ke penginapan. Hari ini kita kembali ke Jogja dan akan menginap semalam di rumah Mas Fandi. Besok sore kita akan kembali ke Jakarta. Seneng banget rasanya, semua berjalan sesuai rencana. Rasanya tak sabar pulang ke rumah bercerita dengan anak-anak.
Sampai di rumah Mas Fandi hari sudah malam. Kami disambut dengan sate ayam, nasi goreng Jawa, dan tak lupa ayam bakar. Rupanya malam ini tak ada yang pingin nongkrong di Jogja lagi. Pada kecapekan.
Pagi ini kami sarapan gudeg lagi. Nggak tahu tuh, Si Bule kok demen banget sama makanan dari nangka muda ini. Makanya, dia kemarin menyuruh Mas Fandi membelikan oleh-oleh gudeg yang tahan lama di sebuah tempat terkenal di Jogja. Katanya mo dibawa pulang ke Belanda. Setelah itu kami berkemas-kemas untuk kembali ke Jakarta.
Tak terasa sudah saatnya kembali pulang. Sebelum ke bandara, kami mampir dulu ke Sarinah. Suami saya rupanya pingin lagi ke Bale Raos. Ya udah, kita makan dulu di sana. Perjalanan kami berwisata di Jogja dan sekitarnya berakhir di sini. Good bye Jogja ! Sampai jumpa lagi !

No comments:
Post a Comment