RENUNGAN SENJA : MENAHAN AMARAH (SABAR 1)


     Sudah 2 minggu ini, kelurga Pak Rizal dibuat jengkel dengan Pak Rido yang mengontrak rumah di sebelah barat rumahnya. Bagaimana tidak jengkel, pekerjaan tetangga baru tersebut adalah tukang las listrik. Kedamaian yang sudah bertahun-tahun  mereka nikmati terkacaukan oleh ulah tetangga baru tersebut. Sepanjang hari mereka bekerja dengan gergaji listrik, las listrik dan berbagai peralatan lain yang membuat telinga ‘pecah’.
     Bu Rizal yang sepanjang hari tinggal di rumah sampai berdengung telinganya dan dadanyapun sering berdebar-debar karena suara yang ditimbulkan melampaui batas wajar. Anaknya yang masih TK A juga rewel karena tidak tahan mendengarnya. Pak Rizal tidak bisa tinggal diam melihat kenyataan ini. Ditegurnya pemilik rumah tersebut. Akhirnya, mereka tidak mengerjakannya lagi di sana tapi di tempat lain. Untuk sementara masalah teratasi.
     Suatu hari mereka mengulanginya lagi, kembali Pak Rizal mengingatkan pemilik rumah. Kali ini beliau lebih tegas. Karena istrinya benar-benar sakit telinganya dan menurut keterangan Dokter disebabkan karena suara yang gaduh melebihi batas kewajaran.  Beliau terpaksa mengancam akan melaporkannya kepada pihak terkait karena sudah meresahkan warga. Ternyata ada beberapa warga lain yang komplain karena ketenangannya terganggu. Mereka berhenti dan menuruti apa kata warga meskipun masih mengumpat. Akhirnya permusuhanpun terjadi karena Pak Rido menganggap Pak Rizal menghalanginya bekerja dan cari uang.
     Rupanya, Pak Rido tergolong manusia yang tidak peduli apa kata tetangga. Setelah berhenti beberapa hari, Pak Rido mengulanginya lagi. Bu Rizal dan tetangga lainnya hanya menahan diri karena para suami sedang bekerja dan tidak mungkin disuruh pulang hanya karena hal tersebut. Bu Rizal hanya bisa bercerita kepada suaminya sepulang dari kantor. Pak Rizal terpaksa melaporkannya kepada Ketua RT. Pak RT bertindak tegas. Pak Rido tidak boleh megerjakannya di sana karena meresahkan warga, belum ada ijin usaha,ijin kegaduhan dan persyaratan lainnya dari pihak yang berwenang.
     Ternyata pemilik rumah dan Pak Rido sebagai pengontrak rumah, tetap tidak terima dan tetap bekerja seperti biasa. Katanya itu hak mereka, jadi tidak boleh ada pihak lain yang mengusiknya. Pak Rizal tidak tahan menghadapi tetangga yang maunya menang sendiri.  Tanpa basa-basi beliau langsung memperingatkan Pak Rido. Pak Rido tidak terima dan akhirnya terjadilah pertengkaran hebat. Pak Rido mengancam akan menggempur rumah Pak Rizal. Bu Rizal datang melerai tetapi malah diancam akan dibunuh oleh pegawai Pak Rido. Pertengkaranpun semakin hebat. Untung saja Pak RT pas mendapat shift malam, jadi siang itu beliau ada di rumah. Pertengkaranpun berhenti. Masing-masing pihak tetap tidak terima. Pak Rizal terpaksa melaporkan kejadian tersebut kepada temannya yang seorang perwira Polisi. Beliau takut akan ancaman Pak Rido. Bu Rizal hanya menyarankan supaya Pak Rizal bersabar.
     Kejadian diatas sebenarnya berawal dari hal kecil yang menjadi besar karena ada pihak yang egois.  Didunia yang semakin dipadati beragam sifat manusia memang diperlukan kesabaran  tingkat tinggi. Di sinilah yang namanya ‘peraturan/hukum’ berlaku. Seharusnya Pak Rido mencari tempat yang jauh dari perumahan karena usahanya yang memang menimbulkan suara gaduh di luar batas kewajaran. Dia harus  sadar dan belajar menerima kenyataan bahwa pekerjaannya bisa menggangu kesehatan orang lain dan bisa memancing emosi masyarakat sekitarnya. Untuk Pak Rizal dan tetangga lainnya, dalam kasus ini pada posisi yang benar. Mereka menempuh cara damai dulu sebelum melaporkannya ke pihak yang berwenang.
     Waktu kita marah  karena sesuatu hal yang membuat kita tersinggung, orang menasihati agar kita sabarSabar yang dimaksud disini adalah agar kita jangan marah/ harus bisa menahan amarah menghadapi orang yang membuat kita kecewa dan tersinggung. Tetapi bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa untuk menyelesaikannya. Carilah solusi dengan kedamaian.  Renungkan!

No comments:

Post a Comment