Sudah 2 minggu ini, kelurga Pak
Rizal dibuat jengkel dengan Pak Rido yang mengontrak rumah di sebelah barat
rumahnya. Bagaimana tidak jengkel, pekerjaan tetangga baru tersebut adalah
tukang las listrik. Kedamaian yang sudah bertahun-tahun mereka nikmati terkacaukan oleh ulah tetangga
baru tersebut. Sepanjang hari mereka bekerja dengan gergaji listrik, las
listrik dan berbagai peralatan lain yang membuat telinga ‘pecah’.
Bu Rizal yang sepanjang hari
tinggal di rumah sampai berdengung telinganya dan dadanyapun sering
berdebar-debar karena suara yang ditimbulkan melampaui batas wajar. Anaknya
yang masih TK A juga rewel karena tidak tahan mendengarnya. Pak Rizal tidak
bisa tinggal diam melihat kenyataan ini. Ditegurnya pemilik rumah tersebut.
Akhirnya, mereka tidak mengerjakannya lagi di sana tapi di tempat lain. Untuk
sementara masalah teratasi.
Suatu hari mereka mengulanginya
lagi, kembali Pak Rizal mengingatkan pemilik rumah. Kali ini beliau lebih
tegas. Karena istrinya benar-benar sakit telinganya dan menurut keterangan
Dokter disebabkan karena suara yang gaduh melebihi batas kewajaran. Beliau terpaksa mengancam akan melaporkannya
kepada pihak terkait karena sudah meresahkan warga. Ternyata ada beberapa warga
lain yang komplain karena ketenangannya terganggu. Mereka berhenti dan menuruti
apa kata warga meskipun masih mengumpat. Akhirnya permusuhanpun terjadi karena
Pak Rido menganggap Pak Rizal menghalanginya bekerja dan cari uang.
Rupanya, Pak Rido tergolong
manusia yang tidak peduli apa kata tetangga. Setelah berhenti beberapa hari,
Pak Rido mengulanginya lagi. Bu Rizal dan tetangga lainnya hanya menahan diri
karena para suami sedang bekerja dan tidak mungkin disuruh pulang hanya karena
hal tersebut. Bu Rizal hanya bisa bercerita kepada suaminya sepulang dari
kantor. Pak Rizal terpaksa melaporkannya kepada Ketua RT. Pak RT bertindak
tegas. Pak Rido tidak boleh megerjakannya di sana karena meresahkan warga,
belum ada ijin usaha,ijin kegaduhan dan persyaratan lainnya dari pihak yang
berwenang.
Ternyata pemilik rumah dan Pak Rido sebagai
pengontrak rumah, tetap tidak terima dan tetap bekerja seperti biasa. Katanya
itu hak mereka, jadi tidak boleh ada pihak lain yang mengusiknya. Pak Rizal tidak
tahan menghadapi tetangga yang maunya menang sendiri. Tanpa basa-basi beliau langsung
memperingatkan Pak Rido. Pak Rido tidak terima dan akhirnya terjadilah
pertengkaran hebat. Pak Rido mengancam akan menggempur rumah Pak Rizal. Bu
Rizal datang melerai tetapi malah diancam akan dibunuh oleh pegawai Pak Rido. Pertengkaranpun
semakin hebat. Untung saja Pak RT pas mendapat shift malam, jadi siang itu
beliau ada di rumah. Pertengkaranpun berhenti. Masing-masing pihak tetap tidak
terima. Pak Rizal terpaksa melaporkan kejadian tersebut kepada temannya yang
seorang perwira Polisi. Beliau takut akan ancaman Pak Rido. Bu Rizal hanya
menyarankan supaya Pak Rizal bersabar.
Kejadian diatas sebenarnya berawal dari hal
kecil yang menjadi besar karena ada pihak yang egois. Didunia yang semakin dipadati beragam sifat
manusia memang diperlukan kesabaran tingkat tinggi. Di sinilah yang namanya
‘peraturan/hukum’ berlaku. Seharusnya Pak Rido mencari tempat yang jauh dari
perumahan karena usahanya yang memang menimbulkan suara gaduh di luar batas
kewajaran. Dia harus sadar dan belajar menerima
kenyataan bahwa pekerjaannya bisa menggangu kesehatan orang lain dan bisa
memancing emosi masyarakat sekitarnya. Untuk Pak Rizal dan tetangga lainnya,
dalam kasus ini pada posisi yang benar. Mereka menempuh cara damai dulu sebelum
melaporkannya ke pihak yang berwenang.
Waktu kita marah karena
sesuatu hal yang membuat kita tersinggung, orang menasihati agar kita sabar. Sabar yang dimaksud disini adalah agar kita jangan marah/ harus
bisa menahan amarah menghadapi orang yang membuat kita kecewa dan tersinggung.
Tetapi bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa untuk menyelesaikannya. Carilah
solusi dengan kedamaian. Renungkan!
No comments:
Post a Comment