Hujan sore ini
mengiringi hati Nona Nana yang sedang gundah.
Benar-benar Sabtu sore yang menyebalkan.
Mau pulang kampung sudah nanggung waktunya, terlalu malam sampai rumah. Hmmm...gara-gara lembur mendadak, semua jadi berantakan. Padahal dia sudah janjian bertemu dengan Dedy
Sabtu sore ini di kampung.
Dedy adalah cowok yang dikenalkan oleh
Nurul. Dia bekerja di Jakarta dan kebetulan berasal dari kota yang sama dengan Nona Nana. Nurul adalah teman satu perusahaan dengan
Nona Nana di cabang Jakarta. Dedy teman
kuliah Nurul di Bandung dahulu. Dua
bulan ini, Nona Nana dan Dedy sering berhubungan lewat telepon. Mereka hanya bertemu lewat video call. Rupanya ada kecocokan diantara mereka
sehingga hubungannya terus berlanjut.
Hati Nona Nana semakin gundah. Kapan lagi waktu untuk bertemu kalau enggak sekarang. Mereka berdua sama-sama sibuk. Untuk pertemuan ini saja mereka sudah merencanakannya selama sebulan. Gadis cantik itu melihat jam tangannya. Hmmm...waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, kalau pulang sekarang kurang lebih pukul 23.00 baru sampai rumah. Travel jam terakhir pukul 16.00 tadi. Tiba-tiba dia kepikiran Yoga, adiknya yang kuliah di Malang. Kali aja Yoga pulang kampung sehingga bisa menjemputnya.
Nona Nana menelepon Yoga,”Halo...Yoga.
Kamu dimana ini?”
“Aku di rumah, Mbak.” balas Yoga.
“Berarti kamu pulang kampung dong...” Nona
Nana gembira sekali. Jodoh tak kemana pikirnya.
“Iya Mbak...Ada apa?” jawab Yoga.
“Yog, kamu nanti menjemput aku di terminal
bisa kan?” Nona Nana semangat sekali.
“Oalah...Mbak, jam segini mau pulang? Kenapa enggak tadi
pagi? Jam berapa mau dijemput?” Yoga
heran dengan kakaknya.
“Jam sebelasanlah. Nanti tak telepon lagi ya. Sekarang aku berangkat.” gadis cantik itu gembira sekali.
Secepatnya Nona Nana berangkat. Semoga saja jalan menuju terminal Purabaya
enggak macet. Gadis berambut ikal itu
sudah membayangkan pertemuannya dengan Dedy.
Mmm...apakah wajahnya tidak jauh beda dengan yang di video call? Apa yang mau dibicarakan bila bertemu
nanti? Nona Nana sudah tak sabar bertemu
dengan Dedy. Dia bingung dengan suasana
hatinya. Mengapa dia bisa nekad pulang
hanya untuk Dedy?
Suara sopir taksi membuyarkan
lamunannya,”Mbak, ini sudah sampai di terminal.”
“Ohhh....iya Pak.” Nona Nana bergegas
membayar uang taksi dan secepatnya turun.
Alhamdulillah jalanan enggak macet. Suasana terminal ramai sekali. Si Nona berlari menuju bis, dicarinya bis
jurusan Yogjakarta yang lewat Maospati.
Untunglah masih ada tempat duduk yang tersisa. Hanya menunggu sekitar 15 menit bis sudah
berangkat. Syukurlah...enggak menunggu
lama.
Nona Nana menelepon
Dedy,”Halooo...Ded...lagi ngapain?
“Eh, Nana...suaranya kok berisik banget,
ada di mana?” terdengar suara berat Dedy.
“Ada di bis, Ded. Aku mo pulang ke
Magetan.” jawab Nona Nana.
“Jam segini nekad pulang. Siapa nanti yang jemput?” tanya Dedy.
“Adikku yang jemput.” Nona Nana senang
sekali.
“Ya
udah kalau gitu. Kalau nggak ada yang jemput, biar aku yang jemput.” kata Dedy.
“Terima kasih, Ded. Biar adikku saja yang
jemput.” Entah mengapa jantung gadis itu berdebar-debar mendengar tawaran
Dedy. Sebenarnya dia mau saja dijemput
Dedy, tetapi dia enggak mau ketemu Dedy dalam keadaan bau bis.
“Na, berarti besok kita bisa ketemuan dong?”
terdengar suara tawa Dedy.
“Oh ya? Besok mo ke rumahku jam berapa?”
jantung gadis cekatan itu semakin berdebar.
“Jam 10.00 aku ke rumahmu.” balas Dedy.
“Siap! Ded, udah dulu ya, di sini berisik
banget. Sampai jumpa besok ya.” jawab si nona.
“Iya... hati-hati Na, udah malam lho.”
Dedy menutup teleponnya.
***
Pagi ini segar sekali. Angin semilir sejuk
bertiup pelan. Hati Nona Nana sedang
berbunga-bunga seindah bunga mawar di taman depan rumah. Nona Nana sedang asyik memasak bersama
ibunya, tetapi pikirannya enggak fokus ke masakan. Wajah Dedy yang sering muncul di video call selalu membanyanginya. Seperti apakah sosok Dedy yang mengisi
hari-harinya dua bulan terakhir ini.
Rasanya tak sabar menunggu jam 10.00 nanti.
“Na, hati-hati tuh ayamnya ntar
gosong. Sejak tadi kok nggak kamu
balik-balik.” teriak ibunya membuyarkan lamunannya.
“Oh iya, Bu. Dibalik sekarang yah.” jawab Nona Nana.
“Ya iyalah...ayo...cepetan. Kamu ngelamun
ya. Ibu amati sejak tadi kamu nggak fokus. Kenapa, sayang?” ibunya ternyata
sudah memperhatikannya sejak tadi.
“Capek aja Bu, habis lembur.” sahutnya lesu.
“Kalau capek kenapa pulang? Hari minggu
kan bisa kamu buat istirahat.” nasihat ibunya.
“Nana janjian sama temen, Bu. Nggak enak kalau nggak pulang.” Nona Nana
kemudian menceritakan tentang Dedy kepada ibunya dan ibunya memakluminya.
“Ya udah Na, kamu siap-siap sana. Hampir jam 10.00 lho...dandan yang cantik
ya.” goda Ibunya.
“Idih Ibu bisa aja.” jawab Nona Nana
malu-malu.
Dalam hati ibunya berdoa semoga kali ini
anaknya yang pekerja keras itu berjodoh dengan Dedy. Nona Nana sudah dua kali serius sama cowok,
tetapi belum berjodoh. Ibunya juga heran
mengapa putrinya yang satu ini sulit jodoh.
Wajah Nana cantik, pekerjaannya mapan, dan perilakunya baik. Hanya saja Nana mempunyai sifat yang agak
keras kepala. Mungkinkah itu yang
menjadi penyebabnya? Tetapi anak
temannya yang mempunyai tabiat lebih buruk dari Nana sudah menemukan jodohnya.
Ya...Allah belum mempertemukan jodoh Nana.
***
“Mbak
Nana.....ada temennya datang!” teriak Yoga.
Jantung Nona Nana berdebar-debar mendengar
teriakan Yoga. Dedy sudah datang,
sebentar lagi dia akan melihat sosok yang merebut hari-harinya selama dua bulan
terakhir ini. Seperti apa ya wajah
aslinya? Berjuta tanya memenuhi
kepalanya. Nona Nana segera berjalan
menuju ruang tamu.
“Hai, Ded...apa kabar?” sapa Nona Nana
dengan mata menatap tajam Dedy.
Hmm...lebih cakep aslinya daripada di video call. Mereka berjabat
tangan.
“Baik Na, kamu sendiri bagaimana?” Dedy
menatap Nona Nana dengan tatapan penuh arti. Cantik juga tuh Nona, tidak jauh
beda dengan di video call.
“Baik-baik aja, sedikit capek.” Nona Nana
tersipu malu.
“Na, kamu balik ke Surabaya kapan?” Dedy tersenyum manis.
“Kayaknya Selasa aja, Ded. Capek kalau
harus pulang besok. Pakai surat sakti dari dokter aja.” Nona Nana tertawa lebar.
“Emang kerjaan di kantor nggak banyak
ya?” Dedy masih menatap Nona Nana.
“Ded, ngapain mandangi aku seperti itu?”
Nona Nana risih juga dipandangi seperti itu.
“Nggak pa pa, Na.” Dedy tersipu malu.
“Kamu cuti sampai kapan, Ded?” Nona Nana mengalihkan perhatian.
“Sampai Selasa, aku Rabu harus masuk
karena ada meeting penting. Aku cuti
khusus untuk pertemuan kita lho.” lelaki berkulit sawo matang itu tak bisa
mengalihkan pandangannya ke Nona Nana yang memang cantik.
“Eh, ada tamu jauh nih.” Tiba-tiba ibu datang dengan membawa minuman
dan menaruhnya di meja. Hmmm...ada pisang goreng juga.
“Ayo silakan diminum dulu, Nak.” kata ibu
sambil menatap Dedy. Dedy bersalaman dengan ibu. Ibu tak lama ngobrol dengan Dedy.
Begitulah, Nona Nana dan Dedy akhirnya
bisa bertemu langsung di dunia nyata.
Mereka ngobrol lama sekali.
Rupanya ada kecocokan diantara mereka.
Mereka sama-sama terkesan dengan sosok yang muncul langsung di depan
mata. Ibu yang sejak tadi memperhatikan
mereka hanya bisa berdoa, semoga mereka berjodoh.
No comments:
Post a Comment