NONA NANA EPISODE 6 – PERNIKAHAN BEDA USIA YANG MEMBINGUNGKAN



Kisah ini menceritakan seorang wanita karier yang mendapat julukan 'Nona Nana' dari teman-temannya.  Dia  gambaran seorang gadis dari desa yang yang berpendidikan tinggi dan berkarir mapan di kota. Inilah kisah lika-liku seorang wanita karier lengkap dengan segala tantangan dan ujian yang dialaminya.


Untuk mengikuti kisah Si Nona baca juga NONA NANA Episode 1,2,3,4,5 di SPESIAL UNTUK ANDA pada blog ini.


PERNIKAHAN BEDA USIA YANG MEMBINGUNGKAN

            Pagi ini hari begitu indah, hujan gerimis menambah keelokannya. Dari tempat duduknya, Nona Nana memandangi gerimis yang seolah-olah mengajaknya untuk merenungi hari-hari yang telah dilaluinya. Teringat masa-masa kecilnya, almarhum Bapak, kampung halaman dan.....”Hai  Na, gerimis-gerimis gini ngelamun!” teriak Mbak Ma sambil menepuk pundak Nona Nana. Mbak Ma  adalah sahabat Nona Nana dimana saja berada.“ Wah, kesambet jin penjaga kantor baru tahu rasa lho...Non, kamu kenapa sih, aku amati sejak tadi kamu senyum-senyum sendiri, emang gerimisnya lucu apa ? cerocos Mbak Ma dengan logat Bugisnya yang kental. Mbak Ma memang cerewet  dan dianggap “tetua” kantor. Karena dia paling tua dan paling suka ngomelin temen-teman yang perlu diomelin ha..ha...”Emang ada apa? Kan belum jam kantor, Mbak. Ganggu aja.” Nona Nana beranjak dari kursinya dan merapikan baju kotak-kotaknya. “Na, makan pagi yok...aku  bawain gethuk (makanan khas Jawa Timur) nih. Kemudian ditaruhnya empat bungkus gethuk di meja. Tahu sendiri kan bagaimana kelanjutannya. Sambil makan pasti deh... ngobrol ngalor ngidul.  “By the way  busway... ngelamunin apa sih...cerita donk...kalo ada hot gosip..Walah..paling  dapat bronis lagi.” Goda Mbak Ma dengan mulut penuh gethuk. “ Dah tahu nanya he..he....”, Nona Nana tertawa terbahak-bahak...
            Nona Nana memang punya satu kelebihan dalam hubungan dengan cowok yaitu sering didekati cowok-cowok brondong atau daun muda. Tapi  bukan sembarang brondong tapi bronis alias brondong manis yang berprestasi. Bahkan ada yang sempat menggelayut di hatinya. Maklum Nona yang satu ini memang suka dengan cowok yang smart dan punya kelebihan khusus. Untungnya kok ya dapat ya. Sebagian orang-orang terdekatnya yang asli Jawa Timur masih menganggap itu sesuatu yang belum lazim. Tapi dia enjoy aja menikmati hubungan pertemanan itu.  Lagian siapa sih yang melarang hubungan beda usia. Tiba-tiba telepon berdering dan Mbak Ma mengangkatnya dengan tergesa-gesa. “Halooo  pa kabar bronisss....pagi-pagi dah telepon. Na, telepon tuh dari Dama.” Berdebar jantungnya menerima telepon dari Dama. Ga tahu kenapa ya, hatinya senang sekali setiap mendapat telepon dari bronis yang satu ini. “Assalamualikum Mbak.....pa kabar nih.” terdengar suara khas Dama yang berat dan saat itulah Nona Nana menyadari kalau ucapan salam yang khas dari Dama yang membuatnya rindu setengah mati. Tak segan-segan dia menelponnya lebih dari 1 kali sehari. Yah... anehlah , masa nelpon sahabat sampai segitunya.Ahhh....jalani ajalah.... apa yang terjadi biarkan terjadi. “Waalaikumsalam Dam, baik...Hei, tumben telpon jam segini? Sambil senyum-senyum dia menjawabnya.”Mbak, aku mau minta tolong bisa ga?” katanya dengan nada memohon. “Ga bisa ha..ha.. “goda Nana dengan wajah sumringah. Mbak Ma malu sendiri dan pergi meninggalkan mereka dengan terheran-heran. “Na, Si Elka mo dikemanain?” Sela Mbak Ma dengan suara keras. Tapi Nana cuek aja tak menghiraukan gerutuan sahabatnya. Dan geedubrakkk.... Mbak Ma menubruk pintu kemudian dia pergi sambil memegang sikunya yang sakit.  “Mbak, internetku lagi ngadat nih, minta tolong donk downloadkan fileku, sekarang dan harus bisa,ga boleh nolak karena alasan sibuk.” Mohon Dama. “Aduh, kamu ini cari-cari alasan aja. Dik Dama....emang di Bandung ga ada warnet?”Balasnya. “Banyak virusnya Nana.....”Jawab Dama ga mau kalah. “Iya ya Dik Dama....tak downloadkan sekarang. Udah tutup teleponmu, kalau kebanyakan ngobrol dimarahin bos.” Nona Nana akhirnya mengalah, ga enak juga pagi-pagi terima telepon pribadi. “OK, terima kasih Mbak...Assalamualaikum..” Sebenarnya Nana tahu kalau Dama mengada-ngada atau sekedar menggodanya, masa sih hanya itu doank alasannya – virus. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan.
            Dengan hati-hati didownloadnya file yang dimaksud Dama. Semoga saja tidak ada yang tahu. Kalau ketahuan mengerjakan hal pribadi, pasti kena SP lagi. “Hayo....tak bilangin bos lho...” tiba-tiba saja Mbak Ma nongol tanpa permisi. “Bilangin aja kalo berani!”tantangnya. “Guyon, Non...Lagian kamu itu ya...pagi-pagi dikerjain anak ingusan kok mau.” Mbak Ma nggak habis pikir dengan sikap sahabatnya yang satu ini. “Kasihan Mbak, filenya mau dipakai jam 10 nanti.” Nona Nana menjelaskan lagi. Mbak Ma juga berpikir pasti ada sesuatu yang akan terjadi. Alasannya kelihatan banget, dibuat-buat – dasar rayuan brondong.

            Hp di saku Nana bergetar dan terlihat sms dari Dama yang berisi pesan cara membuka file yang baru saja diunduhnya dan alamat e-mail seseorang. Dadanya berdebar-debar membukanya. Aneh, kenapa berdebar-debar?  File 1-3 memang benar berisi penelitian Dama yang harus dikirim ke e-mail Dosennya. Tapi file ke 4 dan 5 ditujukan untuknya. Matanya terbelalak setelah tahu isinya. File ke 4 berisi foto metamorfosis dirinya mulai dari bayi sampai sekarang. Tampilannya bagus banget. Selera seni Dama memang tinggi. Diam-diam Nana terpesona dengan cowok yang masih skripsi di sebuah Institut ternama di Indonesia. Belum habis kekagumannya, dia dikejutkan lagi dengan file ke 5,tampak di sana terpampang fotonya dengan kostum  Barbie, Kimono dan  Pengantin Jawa. Anehnya foto yang berkostum Pengantin Jawa berpasangan dengan seseorang tanpa wajah. Apa maksudnya? Ada-ada saja. Belum sempat semua isi file dilihatnya. Dia harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya hari ini.
            Rasa penasaran menyelimuti hati Nona Nana.  Dan jam istirahat ini dia ingin menelepon Dama. Ajakan untuk makan siang di luar ditolaknya dengan alasan ga enak badan. Nana tidak mau ada orang yang mengganggunya saat menelepon Dama. Hp Dama off, dicobanya telepon ke tempat kos Dama, tapi temannya bilang kalau Dama sedang sholat Dhuhur ke Masjid dan sebentar lagi datang. Semakin bangga Nana mengetahuinya. Jaman sekarang langka lho ada anak muda yang mau sholat jamaah ke Masjid.  Mau dibukanya lagi file itu, tapi ga nyaman karena di kantor. Nanti malam saja di rumah. Selesai sholat, dia mencoba menelepon Dama lagi dan senang sekali Nana mendengar suaranya apalagi salam yang diucapkannya. Benar-benar membuatnya terpana. Dama juga senang sekali mendengar suara Nana. “Mbak, kenapa baru telepon sekarang....aku sudah nungguin dari tadi. Udah dilihat semua belum?” kata Dama dengar hati berbunga-bunga. Sebenarnya Dama juga mulai merasakan perasaan yang aneh kepada Nana. Dia senang sekali kalau gadis itu meneleponnya. Bahkan sebelumnya dia tidak pernah menelepon seorang cewek sampai lebih dari 2x sehari. Lha sekarang, dia kadang-kadang menelepon Nana sampai 4x bahkan 6x sehari. Melebihi minum obat..hikk..hikkk. Dama tidak suka ber-sms,chatting ataupun bermessenger dengan Nana. Dia lebih suka telepon, karena bisa denger canda tawanya sejelas-jelasnya. Pingin lihat wajah manis Si Nona, tinggal video call. Gampangkan? Tak heran kalau pulsanya membengkak akhir-akhir ini.  “Sorry, aku belum lihat semuanya. Ga enaklah, masa di kantor menthelengi (melihat)  foto-foto yang aneh itu, ntar aja di rumah.” Meraka  tertawa terbahak-bahak membahasnya. Tapi kali ini Dama tidak punya waktu banyak karena harus menemui kliennya. Dama memang punya bisnis membuat web yang dikerjakannya disela-sela kuliahnya. Dia juga seorang mahasiswa berprestasi bahkan penelitiannya sempat menjadi juara disebuah ajang bergengsi di Indonesia. Juga taat beribadah. Amat sangat  memenuhi kriteria untuk menjadi pasangan hidup yang didambakan seorang Nona Nana.  Jadi bukan brondong sembarangan yang suka iseng seperti yang dipikirkan Mbak Ma. Dia bronis alias brondong manis dan bener-bener muanissss  bagi Nana. Hari-harinya semakin muanisss sejak kehadiran Dama.
            Sepertinya hati mereka masing-masing sudah saling terpaut. Akankah hubungan persahabatan itu mengancam hubungan mereka dengan pacar masing-masing? Hanya Allah yang menentukan. Mereka pertama kali bertemu di kantor tempat Dama praktek kerja yang juga tempat lama Elka bekerja. Dunia sempit ya, masa kenalnya di kantor itu juga. Terus Dama juga adik kelas Elka, meski selisih jauh. Nana sering kesana karena kantornya bekerja sama dengan perusahaan bonafid itu. Karena seringnya bertemu, akhirnya jadi akrab deh. Dan selanjutnya......saling curhat-curhatan. Bahkan ketika Dama sudah kembali ke habitat asalnya mereka tetap menjalin persahabatan. Malah  semakin erat. Waktu Nana ada acara di Bandungpun, dia berkunjung ke kos-kosan Dama dan sempat jalan-jalan menikmati wisata kuliner Bandung yang ‘uenak tenan’. Jarak tak membuat mereka putus komunikasi. Untung ya....semua provider telekomunikasi di negeri ini  pade perang tarif. Ngoceh sampe dowerpun kagak bikin kantong kosong. Elka juga mengetahui persahabatan mereka. Nana sendiri yang bilang, di samping itu Elkapun juga mendengarnya dari Dewa, sahabatnya yang masih kerja disana. Dewa bilang kalau hubungan mereka terlalu akrab. Tapi pria mapan itu tak mempermasalahkannya, dia tahu kalau Nana supel sehingga punya teman seabrek dan banyak yang naksir. Dia percaya sekali pada kekasihnya begitu pula sebaliknya.Bagi mereka saling percaya adalah kunci utama hubungan jarak jauh. Nana dan Dama tahu posisi masing-masing sejak awal. Mereka sering bercerita tentang semua yang mereka alami sehari-hari termasuk sedikit cerita tentang pacar masing-masing. Dama sudah tahu kalau Nana menjalin hubungan serius dengan Elka.  Nana juga tahu kalau Dama sudah bertunangan dengan saudara jauhnya. Maklum mereka dijodohkan dan Dama tidak punya pilihan lain. Walau sebenarnya dia tidak mencintainya.
            Setelah makan malam, Nana cepat-cepat menghidupkan  laptopnya. Tak sabar dia membuka kiriman file dari Dama. Diamatinya dengan cermat isinya satu persatu. Dia masih bingung apa maksud dari fotonya yang dimake over menjadi pengantin Jawa dan foto tanpa wajah yang juga memakai baju pengantin Jawa laki-laki berdampingan dengannya. Disitu ada pesan, “Kalau bingung, telepon aku.” Nana tidak mau dipusingkan dengan urusan yang tidak penting ini. Dirinya penasaran juga apa maksudnya. Diteleponnya cowok  aneh itu. “Mbak, gimana foto-fotonya?” Dama pingin tahu pendapat sahabatnya itu. “Alhamdulillah......sesuatu banget....” jawab Nana menirukan gaya Syahrini. “Akh...pake gaya Syahrini segala....genit tahu nggak.” Canda Dama. Mengetahui respon dari Nana yang sangat antusias, Dama seneng banget. Dia nggak pernah merasakan hal seperti ini ketika bersama Nida, tunangannya. Padahal mereka teman sepermainan sejak kecil. Apa aku ini jatuh cinta ke Nana- pikir Dama. Akh entahlah, ditepisnya perasaan yang menyeruak aneh di lubuk hatinya.”Helloo..... kenapa diam? Jelasin donk foto tanpa wajah itu.” Pinta Nana. “Ok. Dengerin baik-baik ya....wajah itu akan kuisi dengan pria yang menikahi kamu.” Terang Dama tersipu-sipu. “Akh, kamu ini....ada-ada saja..... .” Nana gemes juga digodain seperti itu. “Mbak,emang mo nikah dengan Mas Elka kapan?” Mendapat pertanyaan mendadak seperti itu Nana jengah juga. “Rahasia....!” teriak Nana spontan sambil tertawa-tawa. Kecut juga hatinya. Dia sendiri belum tahu kapan mo nikah. Dilamar sepihak sih udah, tapi belum resmi bilang ke ortu. Masa mo cerita ke Dama yang sebenarnya. Enggaklah....! Andai saja dirinya menikah dengan Dama...Harapan itu muncul begitu saja tanpa diundang. Tapi nikah beda usia donk. Dama 3 tahun dibawahku. Akh...tapi ga masalahlah nikah beda usia, toh sekarang banyak yang melakukannya dan baik-baik saja. Aku bingung ya Allah...! Dama bisa merasakan apa yang sebenarnya terjadi, makanya dia tidak meneruskan gurauannya. Anehnya, Dama juga berharap wajahnyalah yang mengisi foto itu. Akankah harapan mereka tercapai? Hanya Allah yang tahu.........Dan di hari yang indah ini, mereka meneruskan canda tawanya sampai dower....wer..wer...

No comments:

Post a Comment