Jakarta
oh... Jakarta, macet di mana-mana. Itulah kesan saya pada Ibukota Indonesia
tercinta ini. Apalagi di jalan-jalan utama menuju daerah perkantoran dan pusat
perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara
Tanah Abang. Wah, bener-bener pengalaman yang mengesankan saya selama berlibur
di Jakarta.
Besok pagi saya dan teman saya sewaktu SMA
janjian bertemu di Tanah Abang Blok A. Karena kakak saya tidak bisa mengantar ke
sana maka dia menyarankan untuk naik kereta dari Bekasi. Tapi sepupu saya tidak
mau karena banyak copet. Bulan Ramadhan seperti ini lalu lintas ke Tanah Abang
biasanya macet dan pembelinya berjubel. Kebetulan saya belum pernah ke sana pas
Ramadhan, kayak apa sih suasana disana? Akhirnya keesokkan harinya saya kesana
ditemani sepupu saya yang sedikit paham Tanah Abang. Pagi-pagi sekali kami
berangkat bareng kakak ke kantor. Di depan kantornya kami berencana naik bis
jurusan Tanah Abang. Tak disangka, bis menuju kesana penumpangnya sudah penuh
bahkan mau naikpun tak bisa. Wah...wahhhhh. Baru bis ke 3 kami bisa naik, itupun berdiri. Lumayan....berdiri
20 menitan, jalannyapun merambat. Maklum, saya orang Jawa Timur jadi kaget
ngalami macet. Di kota saya jalan macet hanya pas lebaran hari 1 dan 2 saja. Kata
sepupuku, semakin siang semakin ramai. Turun dari bis kami menuju Tanah Abang
Blok A melalui sebuah gang yang biasa disebut Pasar Tanah Abang Gropek. Pasar ini buka mulai dini hari, seperti
pasar tradisional lainnya yang tidak ber-AC dan dengan pengunjung yang padat.
Bisa dirasakan panas dan pengabnya! Dari sini ada jalan tembus menuju blok A
dan F. Sebelumnya saya belum pernah kesini. Mulai dari ujung gang sudah
dipadati penjual dan pembeli. Tas kw diobral Rp.35.000-an, kaos muslimah polos
aneka warna Rp. 25.000 – Rp.35.000, dll. Murah meriah. Semakin ke dalam semakin
banyak penjualnya. Pembelinya berjubel. Sambil menunggu Tanah Abang Blok A
buka pk. 10 pagi kami berputar-putar
melihat barang dan sesekali bertanya harga sambil menilai kualitas bahannya.
Bagus-bagus pokoknya. Ada kaos yang model dan harganya sama tapi bahannya
berbeda. Mukena juga begitu, diperlukan ketelitian. Tidak lupa saya mencatat
alamat toko tempat gamis,mukena dan kaos yang akan saya beli. Ini penting
karena kalau lupa alamat bisa lama mencarinya bahkan tidak ketemu, akibatnya
benda yang kita inginkan tidak didapat. Karena capek kami istirahat di sebuah
Masjid.
Benar
saja, semakin siang pengunjung semakin ramai. Empet-empetan. Di blok A sih
enak, pasar modern ber-AC. Ehem.... Pade
banyak duit belanja buat Lebaran. “Boleh Bu...gamisnya, boleh kak mukenanya..!”
begitulah para pedagang menawarkan barangnya kepada pengunjung. Mata saya
tertuju pada tulisan Rp.35.000 yang dipajang diatas blus-blus indah di
gantungan. Modelnya bagus-bagus dengan warna yang elegan, bahannyapun bagus.
Ada yang motif kotak-kotak, bunga kecil-kecil, abstrak dan sebagainya. Dengan
senang hati saya membeli 3 potong. Selanjutnya kami naik ke lantai 5 tempat
kami janjian. Kami mencari - cari alamat stan
yang disms teman saya. Akhirnya ketemu deh, dia bahkan sudah memilih
beberapa gamis. Di lantai 5 ini tempatnya baju muslim yang kelasnya butik.
Harganya ada yang jutaan rupiah. Saya membeli 2 potong gamis yang menurut saya
belum pasaran modelnya di Jawa Timur. Tak lupa saya membelikannya juga untuk
Ibu. Kemudian kami naik ke lantai 12 untuk sholat Dhuhur di Masjid.
Saya
membuka catatan belanja saya, ternyata masih ada beberapa yang harus dibeli.
Langkah kami selanjutnya menyusuri lantai SLG dan lainnya untuk memburu barang
yang kami inginkan. Huh......capek dehhh......! Kerudung, gamis, blus dll sudah
didapat, kini saatnya nyari tas model baru di lantai 3 dan 7. Mata saya kembali
segar melihat tas-tas branded kw yang modelnya up to date. Tambah segar lagi
karena harganya yang miring. Tas merk Aigner kw dari bahan suede (kulit terbalik) ditawarkan Rp 300.000,-. Saya yang bukan pengemar tas branded impor kw mau tidak mau jadi tertarik karena modelnya
belum pasaran. Sekali lagi harganya lebih murah dibandingkan di Jawa Timur,padahal
belum ditawar. Jangan lupa sebelum menawar tanya dulu boleh kurang apa
tidak harganya. Tiap toko beda-beda, ada
yang boleh ditawar dan ada yang harga pas. Karena tertarik modelnya, saya
akhirnya beli 1 buah yang warnanya merah maron. Ada potongan harga tapi
sedikit. Waduh....ada dompet pesta cantik Rp. 25.000-an, di toko dekat rumah
saya dijual Rp. 75.000-an. Saya membeli 6 buah untuk oleh-oleh di kampung.
Karena beli ½ lusin saya dapat potongan. Di sini tiba-tiba saja muncul ide,
mengapa saya tidak jual saja tas kw itu di kampung, bukankah orang di kota tempat
saya tinggal suka sekali dengan tas kw impor? Setelah cocok harganya, dalam
waktu singkat saya memilih beberapa model tas yang up to date. Oh ya, saya
dapat harga grosir yang bedanya jauh dengan harga satuan. Untungnya lagi, penjualnya mau mengirimkannya ke kota saya
asalkan biaya pengiriman saya yang tanggung. Semoga saja beruntung!
Rupanya
teman saya belum mendapatkan apa yang diinginkannya. Kami berloncatan dari stan
satu ke stan lainnya. Lantai 7 adalah tempat kami berburu berikutnya. Akhirnya
dapat juga. Dia beli tas impor bukan dari merk terkenal tapi kulitnya bagus
banget, elegan deh. Tak terasa hari sudah sore, setelah sholat Ashar kami
pulang. Eh, tapi perjuangan cari fashion murah belum selesai. Kami masih naksir
kaos murah meriah di Tanah Abang Gropek. Saya beli 6 potong sekaligus dengan
harga Rp. 27.500 / potong. Lumayanlah dapat kaos aneka warna, dengan model yang
tidak ketinggalan jaman. Mukena yang saya taksir ternyata Cuma Rp.
30.000,-. Belanja di Tanah Abang harus
bisa menahan diri, barangnya yang murah-murah dan bagus-bagus bisa menguras
kantong.
Sekali
lagi kami harus berjuang untuk pulang ke Bekasi. Kami tidak berani naik kereta
api, karena tidak biasa. Bis jurusan Bekasi ternyata lama tak
datang-datang, usut punya usut ternyata bis tidak bisa masuk karena macet. Kata
sepupuku, kalau nunggu bis Bekasi bisa besok pagi sampai rumah. Haaa!!?? Makanya saya sarankan naik kereta api saja kalau kesana karena kemacetan jalan tidak bisa diprediksi. Jakarta oh...Jakarta....Di Jawa Timur saya tidak pernah mengalami kemacetan
yang demikian parahnya. Inilah yang membuat Jakarta tidak nyaman. Akhirnya kami
naik bis seadanya dan turun di dekat Plaza Semanggi. Habis itu kami naik taksi
karena saya sudah benar-benar kecapekan dan kepala saya pusing. Itulah susana
Tanah Abang menjelang Lebaran. Tapi tidak apa-apa meski capek saya puas karena
mendapat kebutuhan fashion yang saya inginkan dengan harga terjangkau.
No comments:
Post a Comment