RENUNGAN UNTUK BANJIR JAKARTA


Sudah beberapa hari ini Jakarta dikepung banjir, keadaan seperti ini apakah akan dibiarkan berlarut-larut.    Banjir dan macet kompak menyusahkan orang yang cari duit. Melumpuhkan semua aktivitas rakyat. Akses jalan banyak yang ditutup karena air yang semakin meninggi. Perekonomian kacau, dapur umum dan tempat pengungsian dibentuk dimana-mana.  Semua orang repot menyelamatkan harta bendanya masing-masing. Mengapa semua itu bisa terjadi?
               Semua itu akibat ulah manusia sendiri.  Bagaimana alam tidak marah, manusia seenaknya saja memperlakukan alam.  Pembangunan memang harus berjalan untuk kebahagiaan manusia, tetapi seharusnya sejak awal sudah dirancang tata kota yang seimbang dengan alam.  Saluran air, resapan air dan hutan kota jangan dihilangkan.  Buang sampah juga jangan seenaknya. Kalau sudah seperti ini siapa yang rugi? Manusia jugakan? Bagi rakyat jelata mau cari duit tidak bisa, mau tidur nyenyak takut tengah malam kebanjiran, mau makan harus ke dapur umum dengan menu yang sederhana, mau tidur juga harus ke pengungsian, kedinginan dan kelaparan. Bagi mereka yang berduit sih enak, bisa nginap di hotel yang lokasinya jauh dari banjir.
               Gara-gara banjir banyak pedagang yang rugi karena tidak bisa berjualan. Pekerja kantoranpun dipusingkan oleh sulitnya akses menuju ke kantor. Bawa mobil terjebak banjir dan macet, bawa motor juga begitu, naik angkot juga susah karena banyak yang tidak jalan. Beberapa pusat perbelanjaan dan perkantoran tutup. Bisa dihitung berapa kerugian yang harus ditanggung para pebisnis bila banjir dan macet melanda. Tapi dari sisi lain, gara-gara banjir kebiasaan orang Jakarta yang individual tidak berlaku lagi. Lihat saja, di dapur umum dan pengungsian mereka bahu membahu masak bersama dan tidurpun bareng-bareng. Tidak apa-apalah sebentar saja melepas rasa individualisme.
 Kalau direnungkan, itulah hukuman dari Allah  bagi manusia yang serakah.  Dengan kejadian ini, sudah selayaknya kita merubah semua kebiasaan yang merusak alam. Buat pemerintah, pandai-pandailah membuat tata kota yang menguntungkan semua pihak. Jangan hanya menguntungkan diri sendiri dan investor saja.  Kalau banjir, pemerintah dan investor juga yang repot.  Berdamailah dengan alam.    
                                                                                

No comments:

Post a Comment